Masjid Quwwatul Islam, Kontribusi Urang Banjar untuk Umat Islam di Yogyakarta | Berita Banjarmasin | Situs Berita Data & Referensi Warga Banjarmasin

Kamis, 07 Februari 2019

Masjid Quwwatul Islam, Kontribusi Urang Banjar untuk Umat Islam di Yogyakarta

MENGULIK kiprah urang Banua di tanah perantauan memang menarik untuk ditulis. Seperti tulisan dari sahabat kita, Ilham Mufti Laksono ini. Ia mengulas mengenai jejak peran urang Banjar di Yogyakarta. Semoga menambah wawasan.

Arah timur Malioboro, tepatnya bila kita berjalan ke Jalan Suryatmajan melewati kantor Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta atau sering disebut “Kompleks Kepatihan”, kita akan menemukan sebuah Masjid yang megah dengan memiliki atap yang mirip dengan Masjid Sultan Suriansyah di Kampung Kuin, Banjarmasin.

Masjid Quwwatul Islam Dilihat dari Persimpangan Jalan Mataram - Jalan Suryatmajan – Jalan Mayor Suryotomo – Jalan Juminahan

Ya, Masjid itu bernama Masjid Quwwatul Islam Yogyakarta. Masjid ini merupakan Tipologi masjid Jami' tingkat Kelurahan dan masuk kedalam masjid percontohan jenjang kelurahan Suryatmajan, Kecamatan Danurejan Kota Yogyakarta dimana memiliki perpaduan corak budaya Arab, Jawa, dan Banjar. Masjid yang memiliki luas tanah sekitar 958 m2  dan luas bangunan sekitar 750 m2. Masjid ini beralamat di Jalan Mataram Nomor 1, Kelurahan Suryatmajan, Kecamatan Danurejan, Kota Yogyakarta.

Mengapa disebut "Masjid Banjar"? Karena yang membangun Masjid ini adalah Bubuhan Banjar yang ada di Yogyakarta dimana pada waktu itu memohon kepada Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat sebidang tanah di kawasan Malioboro untuk dibangun sebuah tempat ibadah dan aktivitas lainnya.

Sri Sultan Hamengkubuwono IX menyetujui membangun tempat ibadah di daerah Menduran sebesar 958 m², yaitu di antara jalan Suryatmajan dan jalan Mataram melalui “kekancingan” (yang diperbaharui tanggal 22 Mei 2006, yang ditanda tangani oleh KGPH Hadiwinoto selaku Pengageng Kawedanan Punokawan Wahono Sarto Kriyo Karaton Ngayogyakarto).

Lalu pada tahun 1943 M, dibangunlah "Langgar Kalimantani" yang dipelopori oleh H Hasan, H Abd Samad dan H Bakri yang kemudian diberi nama “Langgar Kalimantani”, di Kampung Menduran, Yogyakarta.

Dalam perkembangannya, langgar ini diperluas dan pada Rabu Maalam tanggal 25 Rajab 1372 H/8 April 1953, yaitu pada peringatan Isra’ Mi’raj, diresmikan nama "Quwwatul Islam" seperti saat ini. dipelopori oleh:
1)Bpk. H. Hasan;
2)Bpk. H. Bakri;
3)Bpk. H. Muhammad;
4)Bpk. M. Sa’dun;
5)Bpk. M. Zaini;
serta tokoh masyarakat non Banjar saat itu adalah :
1)Bpk. KH. Musaddad;
2)Bpk. H. Muh. Djazim Hamid.

Pada tahun 2014, mulailah renovasi besar-besaran yang dilakukan Masjid ini sampai saat ini. Menurut Syarkawi yang merupakan bendahara dari panitia pembangunan Masjid, renovasi ini memakan biaya sampai sekitar 13 miliar rupiah. Beliau yang berasal dari Sungai Andai Banjarmasin dan tinggal di wilayah Madukismo, Bantul, Yogyakarta, banyak orang Banjar yang membantu dalam segi finansial, baik yang bermukim di Kalimantan Selatan maupun di Yogyakarta, termasuk diantara penyumbang masjid ini adalah H Pangeran Rusdi Effendie, Pemimpin Umum Banjarmasin Post. Oleh karena itu, bila kita melihat Koran Banjarmasin Post setiap hari, kita dapat melihat daftar penyumbang dari masjid ini.

Plafon masjid yang memesona

Memasuki masjid, kita akan menemukan 4 tiang utama yang disebut dengan sokoguru yang lazim ditemukan di masjid-masjid tradisional di Pulau Jawa. Kita juga akan menemukan berbagai ukiran khas Jawa maupun Banjar serta kaligrafi bertuliskan Allah (Jallaa Jalaaluhu) dan Muhammad (Shollallahu ‘Alaihi Wassalam). Di dalam Masjid, kita akan menemukan mimbar berbentuk tangga dan memiliki tongkat di mana sangat sering kita jumpai di masjid-masjid di Kalimantan Selatan tapi jarang dijumpai di masjid-masjid di Yogyakarta.

Hal ini dikarenakan di Yogyakarta, mimbar berbentuk tangga hanya dapat ditemukan di masjid-masjid tradisional seperti Masjid Gedhe Kauman, Masjid Besar Kotagedhe, dan lain-lain. Masjid ini memiliki lima laintai, yaitu tiga lantai untuk tempat sholat, satu lantai untuk berbagai kegiatan seperti Taman Pendidikan Al-Qur’an, kantor panitia pembangunan, kamar takmir masjid, dan lainnya, serta satu lantai basement untuk tempat parkir kendaraan.
Interior masjid

Meskipun masjid ini dibangun urang Banjar, masjid ini terbuka bagi berbagai kalangan, suku, dan lain-lain dimana memiliki tujuan yang sama, yaitu memakmurkan masjid. Masjid ini juga sebagai bukti bahwa urang Banjar dapat berbaur dan bersinergi dengan masyarakat setempat dalam memakmurkan masjid. Masjid ini mengadakan kajian tiap bulanan yang orang Jawa sering menyebutnya kajian Selapenan dimana waktu kajian di masjid ini diadakan setiap malam Rabu Pon. Kegiatan kajian diisi oleh pembacaan maulid habsyi, ceramah agama, dzkir, dan doa.

Selain kajian Selapenan, diadakan pula kajian khusus perempuan setiap hari jum’at setelah sholat Ashar. Masjid ini pernah dikunjungi oleh berbagai tokoh, mulai dari ulama, ustadz, pejabat, maupun tokoh intelektual. Bahkan menurut HM Rozi Amin yang merupakan penasihat dari panitia pembangunan masjid, masjid ini sewaktu belum direnovasi, pernah dikunjungi oleh Ustadz Arifin Ilham dan Habib Syekh bin Abdul Qodir Assegaf untuk mengisi kegiatan tabligh akbar.


Menurut beliau pula, dalam waktu dekat ini pula, Insya Allah akan diadakan tabligh akbar yang diisi oleh Habib Muhammad bin Anies Syahab yang merupakan habib muda dari Malang yang sedang populer, khususnya bagi pengguna media sosial. Ada yang menarik dari Masjid ini adalah di sini saat bulan Ramadhan, kita dapat memilih tarawih 23 rakaat atau 11 rakaat (termasuk witir) di sini dimana kalau hendak tarawih dan witir 23 rakaat, setelah rakaat ke-8 bisa istirahat sejenak sambil menunggu selesainya witir bagi yang yang hendak tarawih 11 rakaat. Masjid ini pernah melahirkan melahirkan para qori/qoriah nasional maupun internasional seperti:
1)H. Masyhur Hanafiyah;
2)H. Anang Acil;
3)H. Hayatullah Hasani;
4)H. Tarmizi Ismail;
5)H. Syarkawi Husin;
6)Mastur Mansyur;
7)Drs. Muizzudin;
8)Syarkawi Hasan;
9)Mudhoffar Assiddiq;
10)Hj. Safiyah Darajad; dan
11)Hj. Maria Ulfah.
Suasana setelah sholat fardhu

Masjid ini pernah menjadi perbincangan di berbagai media massa, mulai dari lokal maupun nasional karena pada hari senin tanggal 9 Oktober 2017 dinihari, ada beberapa orang yang merusak masjid ini dengan melempari bongkahan semen, merusak beberapa fasilitas masjid, dan masuknya anjing ke tempat parkir. Untungnya, polisi setempat langsung menindak beberapa orang yang merusak masjid tersebut dan diproses pada sore harinya. Malamnya, diadakan konsolidasi sekaligus tabligh dengan dihadiri oleh tokoh agama setempat dan masyarakat dari berbagai daerah.

Ada yang unik dari penggalangan dana pembangunan masjid ini, yaitu salah satunya dengan mengguanakan kuitansi dengan berbagai warna. Yang diberikan kepada donatur Masjid. Menurut HM Rozi Amin yang juga merupakan mantan anggota DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta di tahun 1997, kuitansi ini menurut beliau sebagai bukti terima kasih kepada donatur serta menunjukkan profesionalitas masjid dalam hal penggalangan renovasi masjid. Hal ini selain menjaga kesopanan dalam penggalangan dana, kuitansi ini dapat menjadi bukti pertanggungjawaban yang jelas dalam mengelola keuangan pembangunan masjid.

Dari cara tersebut, masjid memperoleh dana pembangunan sampai sekitar 10 miliar rupiah dengan pemasukan per harinya bisa dari 4 juta rupiah sampai 10 juta rupiah. Kuitansi ini memiliki warna, yaitu warna hijau untuk donatur yang menyumbangkan uangnya sebesar 20 ribu rupiah, biru untuk donatur menyumbangkan uangnya sebesar 50 ribu rupiah, warna merah untuk donatur menyumbangkan uangnya sebesar 100 ribu rupiah, dan warna kuning untuk donatur menyumbangkan uangnya sebesar 500 ribu rupiah. Bahkan bagi donatur yang menyumbangkan dana sebesar satu juta rupiah, lima juta rupiah, atau lebih, maka masjid akan memberikan sertifikat bagi donatur tersebut, meski menurut beliau yang berasal dari Kampung Dalam Pagar, Kabupaten Banjar dan juga memiliki kekerabatan ke Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari (Datuk Kalampayan), kadang donatur tidak mengambil sertifikat tersebut.

Selain dengan cara tersebut, pengurus juga datang ke Kalimantan Selatan dan menemui berbagai tokoh di sana Gubernur Kalimantan Selatan H Sahbirin Noor, mantan Bupati Banjar Sultan H Khairul Shaleh, dan lain-lain. Untuk berdonasi, bisa datang langsung ke stand di depan masjidnya atau bisa melalui rekening di Bank Mandiri (no. rekening 1370000513008), Bank BNI (No. rekening 2600513007), dan Bank BRI (No. rekening 111101000051300). Bagi yang ada di wilayah Kalsel bisa dilihat di koran Banjarmasin Post setiap harinya mengenai informasi donasi Masjid.
Contoh Kuitansi Donasi Pembangunan Masjid


Sumber:
https://www.panjimas.com/news/2017/10/10/ribuan-umat-islam-yogya-geram-tangkap-pelaku-perusak-masjid/
https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-3677599/kronologi-perusakan-masjid-quwwatul-islam-yogya-menurut-saksi-mata
http://simas.kemenag.go.id/index.php/profil/masjid/3865/
http://quwwatulislam2012.blogspot.com/2012/11/sejarah-mesjid-quwwatul-islam-yogyakarta.html

Posting Komentar

favourite category

...
test section describtion

Whatsapp Button works on Mobile Device only

close
pop up banner