BERITABANJARMASIN.COM - Dalam rangka Hari Jadi ke-499 Kota Banjarmasin, pemkot menggelar lomba layangan dandang, bukan hanya untuk meramaikan perayaan, tetapi juga sebagai bentuk nyata pelestarian warisan budaya Kalimantan Selatan.
Wali Kota Banjarmasin, Muhammad Yamin mengatakan layangan dandang adalah simbol jati diri masyarakat Banua. Ia menegaskan bahwa permainan tradisional ini tak boleh tenggelam di tengah arus zaman.
“Layangan dandang bukan hanya permainan, tapi warisan budaya yang sudah dikenal hingga ke mancanegara. Ini bagian dari identitas kita yang harus terus dijaga,” ujarnya saat membuka acara di Lapangan Rumah Gubernur Kalsel.
Yamin juga menuturkan bahwa dirinya mengenang kebanggaan masa lalu, saat Banjarmasin pernah menjadi juara di tingkat nasional dalam ajang serupa.
Kini, ia berharap acara ini menjadi wadah silaturahmi antar komunitas serta pemersatu masyarakat dari berbagai daerah. “Tadi saya lihat ada peserta dari Batola, Kandangan, bahkan Kalimantan Tengah. Ini bukti bahwa budaya bisa menyatukan,” katanya.
Edy Riswan, Analisis Kebijakan Ahli Muda Bidang Olahraga Disbudporapar Kota Banjarmasin, menyampaikan bahwa pihaknta melihat potensi besar dari kegiatan ini untuk dibawa ke tingkat nasional. Namun, menurutnya, perlu tahapan yang matang dan pembinaan yang serius.
“Melihat semangat dan antusias peserta, kami yakin ini bisa jadi agenda tahunan berskala nasional. Tapi tentu harus dimulai dari pembinaan di tingkat kota dan provinsi,” ungkapnya.
Ia menambahkan, lomba ini merupakan bentuk komitmen Disbudporapar bersama Komite Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (KORMI) Kota Banjarmasin dalam merawat permainan tradisional agar tidak punah ditelan waktu.
Sementara itu, Ahmad Baihaqi, Ketua Perkumpulan Layang-layang Indonesia (Pelangi) Kota Banjarmasin, mencatat ada 86 peserta yang ikut serta, membawa total 151 layangan dandang.
Tiap peserta diperbolehkan mengikutsertakan hingga dua layangan, dengan desain yang sepenuhnya bebas dan kreatif.
“Tema bebas. Kami ingin para peserta bisa mengekspresikan diri lewat layangan mereka. Ada yang mengambil unsur alam, budaya, hingga kisah-kisah lokal,” ujar Baihaqi.
Penilaian dilakukan oleh juri dari tingkat provinsi, yang menilai berdasarkan dua aspek utama keindahan desain dan kestabilan saat terbang. Bagi Baihaqi, momen ini lebih dari sekadar lomba ini adalah ruang berkumpulnya para pecinta budaya dan penggiat tradisi.
“Layangan dandang punya nilai budaya, seni, dan juga nilai kebersamaan. Inilah yang ingin kami wariskan ke generasi muda, agar mereka tetap punya ikatan dengan tanah kelahirannya,” tutupnya. (arum/sip)
Posting Komentar