OPINI: Apa yang Terjadi Antara Rusia dan Ukraina? | Berita Banjarmasin | Situs Berita Data & Referensi Warga Banjarmasin

Rabu, 25 Mei 2022

OPINI: Apa yang Terjadi Antara Rusia dan Ukraina?

Oleh: Muhammad Mursid Salmi

Rusia dan Ukraina adalah sebuah negara yang bertatangga. Kedua negara pada masanya menjadi bagian wilayah dari negara komunis USSR ( Uni Soviet ) hingga pada 26 Desember 1991 uni soviet bubar dan pecah menjadi terbagi 15 negara mardeka yang di akui oleh dunia internasional. yang mana Rusia memerdekakan diri pada tanggal 12 Juni 1992 dan ukraina memerdekan diri pada tanggal 24 Agustus 1991 kedua negara ini menjadi pewaris utama dalam hal peninggal-peninggalan riset-riset teknologi yang telah dikembangkan uni soviet sebelum runtuh diantaranya dalam hal nuklir, pembuatan pesawat,truk,mobil,tank,senapan,dan lain-lain.

Awal konflik Ukraina dengan russia ini terjadi pada tanggal 21 November 2013 saat Presiden Viktor Yanukovych  yang pro-Rusia mengumumkan bahwa dalam pemerintahnya berjanji akan meninggalkan kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya dengan uni eropa dan ingin memperkuat hubungan yang lebih dalam lagi dengan Rusia kebijakan itu diambil karna dalam kesepakatan yang dibuat dengan uni eropa  hanya menguntungkan pihak uni eropa saja.

Setelah keputusan itu dikeluarkan para pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan dari berbagai kota di ukraina. Demonstrasi  besar-besaran itu  dilakukan oleh unjuk rasa yang  Pro Ukraina di Kota Kiev  pusat pemerintahan negara itu. 

Kelompok demonstrasi  ini menentang Presiden Ukraina Victor Yanukovych yang telah membatalkan kesepakatan yang telah dibuat dengan uni eropa  tanpa alasan yang jelas dan tidak masuk akal. Padahal kesepatan yang telah dibuat sebelumnya dengan uni eropa yang diharapkan oleh warga pro ukraina bahwa dengan adanya hubungan atau kesepakatan yang dibuat diharapkan bisa menaikan perekonomian negara Ukraina. 

Sehingga pada februari 2014 para demonstrasi  berhasil menggulingkan kepemimpinan Presiden Viktor Yanukovych. Hingga pada akhirnya terjadinya penggulingan yang dilakukan oleh para oposisi pro-Eropa. 

Selama aksi kerusuhan yang telah terjadi ini menewaskan setidaknya 26 orang termasuk 10 polisi tewas dan ratusan orang luka-luka akibat dari kerusuhan yang terjadi

Penggulingan yang dilakukan  membuat pengaruh Russia dinegara ini menjadi hilang karena dalam pengaruh Russia sebelumnya dijalankan oleh Presiden Viktor Yanukovych, Namun penggulingan ini melahirkan sebuah kelompok baru yaitu kelompok pro-russia kelompok ini terdapat dibagian wilayah timur ukraina yang mana berbatasan langsung dengan Rusia sehingga pengaruh Rusia sengat kental mulai dari segi bahasa,budaya,dan tradisi. 

Adanya pro-Rusia di wilayah timur ukraina ini langsung dimanfaatkan oleh negara Russia sendiri yaitu dengan cara melakukan sebuah referendum pada 18 Maret  2014 diwilayah crimea yang mana hasil referendum ini  menghasilakan sebanyak 95,5 %  suara penduduk Crimea memilih untuk menjadi bagian dari negara  Rusia. Hasil refererendum yang dibuat oleh Rusia tidak di akui keabsahannya oleh dunia Internasional tidak terkecuali Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) dan Uni Eropa. 

Perubatan wilayah yang dilakukan pro-Rusia ini tidak hanya dicrimea saja namun juga merebat diberbagai wilayah ukraina timur lainnya yaitu diwilayah Donetsk dan Lugansk yang mana wilayah ini menjadi ajeng pertempuran antara kelompok milisi yang pro-russia dengan tentara ukraina yang mana berdasarkan data dari PBB (Perserikatan bangsa-bangsa) setidaknya pada tahun 2015 tedapat data sekitar 6000 orang tewas baik dari pihak milisi,tentara ukraina,dan juga pihak warga sipil dalam pertempuran yang terjadi, pertempuran ini terjadi pemberontak pro-Rusia di timur Ukraina menganggap rezim pemerintahan yang sekarang fasis. Sehingga  pasukan pemberontak kemudian mendeklarasikan berdirinya "Republik Donetsk dan Lugansk Peperangan yang terjadi diwilayah ukraina timur  ini hingga sampai saat ini belum pernah menemui sebuah titik terang baik dari pihak militer ukraina maupun milisi konflik yang berkepanjangan ini setidaknya telah membuat warga dari ukraina timur menjadi mengungsi karna untuk mencari tempat yang lebih aman, akibat dari peperangan yang terjadi.

Setidaknya data yang diperoleh dari UNHCR Pada tahun 2015, setidaknya ada sekitar 190 ribu orang telah mengungsi ke wilayah Ukraina lainnya yang dirasa lebih aman, 197.400 orang  lainnya melarikan diri ke negara Rusia. Sementara itu, ada sekitar 1.600 orang telah melakukan perjalanan ke Polandia dan 13.883 ke Belarus.

Hingga pada akhirnya pada tanggal 22 Februari 2022 menjadi puncak serangan besar-besaran yang dilakukan Rusia terhadap ukraina secara penuh yang mana peralatan-peralatan militer rusia memasuki wilayah negara ukraina. Ini dibawah perintah dari Vladimir putin untuk membebaskan wilayah ukraina timur yang sering mendapatkan gonisida dari pemerintah Ukraina saat ini yaitu Volodymyr  Zelenskyy. 

Putin melakukan misinya ini disebut dengan Neo-Nazi yang di anggap Putin sebagai  bangkitnya pengaruh Nazi sehingga Putin pun melakukan misinya untuk memberentas kelompok- kelompok Neo-Nazi yang ada. Invasi yang dilakukan Putin mendapat tantangan dan respon yang negatif dari dunia internasional salah satunya negara blok barat yang langsung merespons serangan itu dengen memberikan sanksi berat terhadap rusia salah satunya ialah negara Amerika Serikat yang merupakan musuh dari Rusia sendiri langsung membekukan transaksi Russia terhadap mata uang dolar dan melakukan pembelokiran bank-bank Rusia dan juga Amerika Serikat memutus program luar angkasa dengan Rusia hal ini membuat perekonomian rusia menjadi terburuk, Disisi lain juga Rusia tidak hanya tinggal diam Rusia langsung memberikan serangan balasan yaitu akan memutus pasokan gas nya ke negara Eropa apabila tidak melakukan pembayaran dengan mata uang Rusia yaitu Rubel, kebijakan ini membuat negara-negara eropa pada akhirnya tunduk terhadap Rusia salah satunya ialah Hungaria yang siap membayar dengan mata uang Rubel dan bersedia membuka rekening Banknya. 

Konflik yang hampir 3 bulan ini membuat kerugian besar bagi kedua belah pihak mulai dari banyaknya peralatan militer yang hancur,ekonomi yang melemah dan juga korban jiwa yang berjatuhan. Dikutip dari kantor komisaris tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) mengatakan 6.000-an warga sipil tewas dan terluka akibat perang Rusia vs Ukraina. Laporan terbaru yang dirilis ukrinform.net mencatat bahwa 3.238 warga sipil telah tewas dan 3.397 terluka di Ukraina sejak invasi skala penuh Rusia dimulai pada 24 Februari 2022. Adapun, rincian korban tewas adalah 1.162 pria, 738 wanita, 71 anak perempuan, dan 84 anak laki-laki, serta 72 anak-anak dan 1.111 orang dewasa yang jenis kelaminnya belum diketahui. Mereka yang terluka termasuk 424 pria, 337 wanita, 71 anak perempuan, dan 82 anak laki-laki, serta 169 anak-anak dan 2.314 orang dewasa yang jenis kelaminnya belum diketahui.

Konflik yang saat ini terjadi antara Rusia dan Ukraina bukan lah sebagai konflik yang biasa, konflik ini adalah konflik politik  antara Rusia dan Negara Barat dalam merebutkan pengaruhnya diUkraina. Karena Ukraina sebagai negara yang memilik sumber daya alam yang baik dan juga posisi strategis Ukraina menjadikan negara ini diperebutkan oleh kedua belah pihak. Harapan saya disini selaku penulis opini tentang konflik ini semoga konflik ini cepat selesai dan segara medapatkan titik terang antara kedua belah pihak karena konflik tidak memberikan keuntungan sama sekali yang ada hanya menjadikan orang binasa saja, yang untung hanya kelompok tertentu saja dan yang menderita orang lain akibat dari oleh kelompok yang ada. Jika memang perang tidak membawa manfaat lalu untuk apa kita berperang Jika kita tidak menghentikan perang, maka peranglah yang mengakhiri kita.


Ilustrasi: beritabaru.co

Posting Komentar

favourite category

...
test section describtion

Whatsapp Button works on Mobile Device only

close
pop up banner