Editorial Berita Banjarmasin: Babak Kedua Ibnu Sina | Berita Banjarmasin | Situs Berita Data & Referensi Warga Banjarmasin

Jumat, 25 Desember 2020

Editorial Berita Banjarmasin: Babak Kedua Ibnu Sina

DARI dua kali pertarungan pemilihan kepala daerah di Kota Banjarmasin, kita bisa menakar bagaimana kualitas karakter dan kepemimpinan seorang Ibnu Sina. Wali Kota Banjarmasin itu belakangan meraih suara terbanyak dalam Pilwakot Banjarmasin, dengan berbagai "drama" yang menyertainya.

--------------------------------------

EDITORIAL BERITA BANJARMASIN

--------------------------------------

Bagi masyarakat, pertarungan pilkada memang agak menjemukan selama beberapa kurun waktu sebelumnya. Namun kali ini berbeda, sebabnya adalah pilkada yang dihelat saat pandemi masih melanda itu diklaim lebih fair dari politik uang. 

Berpenduduk sekitar 600.000 orang lebih, Banjarmasin menjadi kota padat penduduk dengan segala problematikanya. Diperlukan pemimpin dengan karakter yang kuat, cepat dan tepat dalam mengambil kebijakan publik. Selain itu diperlukan pemimpin yang tenang dalam menghadapi gelombang tekanan dari internal maupun secara politik.

Dalam rentang waktu lima tahun memimpin Banjarmasin, banyak hal yang terjadi pada kepemimpinan Ibnu Sina. Meskipun menjadi kepala daerah paling banyak meraih prestasi di Kalsel, Ibnu juga harus berpikir strategis mengatasi beberapa polemik internal di Pemkot Banjarmasin. 

Dengan meraih suara terbanyak dan menang hasil perhitungan KPU, Ibnu Sina dihadapkan pada sebuah pertanyaan, mampukah di periode kedua ini membuat pemkot lebih stabil? 

Kalau kita lihat dari beberapa kali ia menghadapi goyangan internal, Ibnu boleh dibilang lulus uji. Ia tak menampilkan sikap meledak-ledak atau out control. Ibnu tampak memilih lebih selow, namun bergerak cepat di belakang. Tak banyak bicara, namun berusaha menyelesaikannya dengan efisien. Ini sangat diperlukan bagi seorang pemimpin. Karena dengan ketenangan itu, suasana jadi tak tambah meletup.

Mungkin saja ini hasil pengalamannya selama menjabat sebagai wakil rakyat tiga periode di DPRD Kalsel. Bahkan secara politik, ia tercatat pernah menjadi pucuk pimpinan partai dakwah, Partai Keadilan Sejahtera.  Ia juga dikenal sebagai mantan aktivis mahasiswa dan dihormati oleh para alumni gerakan mahasiswa. Para pegiat gerakan mahasiswa mayoritas mengetahui betul bagaimana track record Ibnu.

Saat proses pilkada, kita juga melihat bagaimana Ibnu cenderung tak mau meladeni secara massif sindiran, kampanye hitam dan agitasi politik. Cukup melelahkan barangkali secara emosional, karena ia juga ditinggal oleh parpol yang selama ini mendukungnya. Anomalinya, ia malah mengatakan tetap sebagai kader parpol itu. 

Cukup cerdas, karena ia pun membalasnya dengan deretan gagasan dan hasil kerjanya. Itu terpampang jelas saat debat publik yang bisa disaksikan secara langsung oleh masyarakat Banjarmasin, lewat televisi maupun gawai masing-masing.

Dari semua itu, banyak sekali pekerjaan rumah yang harus ia kerjakan di periode selanjutnya. Deretan prestasi tentu sangat bagus, namun dampak signifikan terhadap masyarakat perlu jadi fokus selanjutnya.

Kinerja bagus dalam mengembangkan wirausaha baru perlu dipertahankan dan lebih massif ditenagai. Jika periode lalu ia berhasil membantu sekitar 2.700 wirausaha baru, maka tak ada salahnya mencoba meningkatkannya tiga kali lipat sekitar 8.000 wirausaha baru. Ini akan berdampak signifikan bagi masyarakat. Dengan berkembangnya UMKM, maka serapan tenaga kerja juga akan bertambah. Usaha Ibnu patut dicontoh kepala daerah lainnya, bahkan di level Provinsi Kalsel.

Kemudian persoalan kebersihan dan tata ruang. Ketegasan Ibnu dalam memproduksi produk hukum berupa Perwali larangan kantong plastik patut diapresiasi. Bukan hanya karena menjadi yang pertama di Indonesia, namun dampaknya terhadap pengurangan sampah. Tetapi, sistem pengelolaan sampah yang lebih modern dan terpadu perlu juga diusahakan lebih maksimal. Khususnya pada pengelolaan kebersihan sungai yang saat ini juga sudah bagus.

Ruang publik untuk masyarakat mengalami peningkatan selama suami dr Hj Siti Wasilah ini memimpin. Tak hanya siring, kolong bawah jembatan yang semula kotor diubahnya menjadi taman bermain untuk anak-anak. Pokdarwis yang mengembangkan potensi wisata di tiap kecamatan juga sangat terasa geliatnya.

Pertanyaan menggelitik lainnya adalah: apakah Ibnu Sina akan tetap di parpol lamanya? Ataukah akan berlabuh ke parpol lainnya? Hal ini juga jadi hal menarik, karena tanpa sokongan parpol, tentunya laju pemerintahan Ibnu di periode selanjutnya bisa saja terkendala. Banyak parpol yang mungkin telah mengincarnya, namun sekali lagi jawaban ada pada sang petahana. Apakah bertahan, atau memilih rumah yang baru. (*)

Posting Komentar

favourite category

...
test section describtion

Whatsapp Button works on Mobile Device only

close
pop up banner