OPINI: Si Miskin yang Disalahkan | Berita Banjarmasin | Situs Berita Data & Referensi Warga Banjarmasin

Selasa, 31 Maret 2020

OPINI: Si Miskin yang Disalahkan

Oleh: Reja Fahlevi
Pegiat Literasi Kampung Buku Banjarmasin

Pagi ini, tak sengaja ketika melintas di sebuah tempat balai pandai besi di Kuin Kampung Nagara, nampak beberapa perajinya sedang bersiap-siap untuk melakukan aktivitas pekerjaanya. Ada yang baru mengganti baju dan celana yang dipakainya khusus untuk bekerja, ada yang menyalakan mesin untuk membuat bara api agar menyala. Dan ada juga yang hanya duduk saja sambil sekali-kali menyeruput kopi yang sudah dibekali istirinya dari rumah. 

Dari sekian aktivitas itu, ada satu aktivitas yang menggelitik hati saya, ketika seorang perajin yang bersiap memulai pekerjaanya mengambil sebuah Tape yang sudah nampak tua kemudian disetelnya . Seketika akhirnya terdengar lah seuntai lirik lagu Rhoma Irama, “ yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin, yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin”. Sambil sesekali berjoget dan memandang saya dengan sedikit tawa. 

Kalimat kaya dan miskin  seolah menjadi diksi yang popular ditengah wabah virus Covid19 hari ini.

Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga pula, itulah kiranya yang menjadi gambaran bagaimana realitas kehidupan “simiskin” hari ini. Mereka yang selalu berjuang untuk tetap hidup dan mencari makan sehari-hari yang hidup dibawah garis kekurangan yang sumber penghasilannya ada di jalan,di sawah bahkan di tempat pembuangan sampah yang hari ini ditambah lagi penderitaanya dianggap sebagai salah satu “biang” mewabahnya penularan virus ini. Sedangkan si kaya yang hidupnya bergelimpang harta pamer bisa membeli masker, pamer rumahnya disemprot menggunakan cairan disinfektan, sampai kabarnya pamer mampu membeli vaksin. 

Kalau boleh hitung-hitungan, justru sikaya lah yang paling rentan pada mulanya menularkan virus covid19 ini. Jika dilihat dari sejarahnya virus ini berasal dari Wuhan China kemudian menyebar hampir keseluruh Negara yang ada di dunia. Jika melihat berdasarkan hal ini tentu orang-orang yang mampu bepergian kesanalah yang notabenenya adalah orang kaya pada mulanya mungkin tertular virus ini atau bisa juga mereka yang punya kolega usaha dari Negara yang sudah duluan terjangkit covid19 waktu itu,  datang ke Indonesia untuk urusan bisnis ternyata juga membawa virus ini. 

Sebagai contoh, bagaimana kasus virus covid19 ini ditemukan pertama kali di Indonesia yang menimpa ibu dan anak warga Depok Jawa Barat setelah kontak langsung dengan rekan bisnisnya yang merupakan warga Negara Jepang. Sekarang yang jadi pertanyaan apakah Ibu dan anak itu berasal dari tingkat strata ekonomi katagori “Miskin”?

Bersatu Melawan Corona

Sudah saatnya kita hari ini bersatu memerangi virus ini, tidak usah terlalu panjang beretorika dan berdiskusi bahkan sampai berkelahi mencari siapa yang benar dan salah dalam kasus hari ini. Ini  adalah tanggung jawab sosial kita semua. Semua elemen yang ada ditubuh bangsa ini dituntut untuk saling bersinergi, baik itu antara pemerintah, sikaya dan simiskin. Pemerintah dituntut kiranya untuk menghasilkan kebijakan yang mampu memberi rasa tenang dan aman kepada masyarakat untuk sama-sama melawan ganasnya wabah ini, bukan malah memperkeruh suasana. Si kaya juga diharapkan mau secara sukarela menyisihkan hartanya untuk membeli dan menyiapkan obat-obatan dan perlengkapan kesehatan, sedangkan simiskin harus mau mematuhi segala regulasi yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

Semua elemen harus mau saling bahu membahu demi kemanusiaan di atas persatuan bangsa, bukankah falsafah bangsa kita sudah mengajarkan bahwa di atas dasar kemanusiaan, persatuan Indonesia akan tumbuh. Sikaya memiliki kewajiban untuk berbagi dan berkasih sayang dengan simiskin dan simiskin pun harus bisa menghormati hak-hak si kaya. 

Sejatinya, gotong royong yang menjadi citra bangsa ini harus kembali dikedepankan untuk secara bersama-sama kita lawan wabah virus ini, seperti kata peribahasan bersatu kita teguh bercerai kita runtuh, sebuah  bahasa filosofis yang menggambarkan betapa pentingnya persatuan. Apalagi dalam kondisi seperti sekarang ini tidak etis kalau kita saling menyalahkan satu sama lain. 

Sikaya dan simiskin sama-sama merupakan bagian yang utuh dalam tubuh bangsa ini, jika satu dari mereka luka maka hakikatnya juga akan melukai bagian yang lainya. Kesampingan semua ego yang ada dikepala demi keselamatan bangsa. 

Jangan sampai apa yang dikatakan oleh bang haji Rhoma Irama dalam lirik lagunya “yang kaya makin makin kaya, yang miskin makin miskin” itu berubah diksi menjadi yang “kaya tambah sehat, yang miskin makin sakit”. Namun, melihat realitas yang ada justru yang kebanyakan menjadi korban dari ganasnya virus corona ini adalah kebanyakan mereka yang dikatakan kaya. Benarkah ? Wallahu A’lam Bishawab dan semoga kita semua diberikan keselamatan, Amin Ya Rabbal Alamin.

Posting Komentar

favourite category

...
test section describtion

Whatsapp Button works on Mobile Device only

close
pop up banner