FEATURE: Sosok Pak Syamsuddin, Wartawan Senior Kalsel yang Meliput Sejak 1969 | Berita Banjarmasin | Situs Berita Data & Referensi Warga Banjarmasin

Sabtu, 22 Januari 2022

FEATURE: Sosok Pak Syamsuddin, Wartawan Senior Kalsel yang Meliput Sejak 1969

Syamsuddin Hasan

Gurat semangat terpancar dalam wajah Pak Syamsuddin Hasan. Entah sudah berapa ribu berita sudah ia tulis dan kabarkan kepada masyarakat Kalimantan Selatan, yang jelas ia sudah aktif menjadi wartawan sejak 1969 hingga kini. Menulis adalah semangatnya yang kian membara sejak muda.

Maya Andriani, BANJARMASIN | BERITABANJARMASIN.com

"Sudah sejak 1980 saya meliput kegiatan di Rumah Banjar (Gedung DPRD Kalsel)," tutur Pak Syam saat berbincang dengan Beritabanjarmasin.com, Jumat (21/1/2022).

Dengan ramah dan semangat Pak Syam kemudian menceritakan bagaimana ia bisa bertugas di gedung wakil rakyat kala itu. Meski sudah tak muda lagi, Pak Syam punya semangat memburu berita yang tak kalah dengan para jurnalis muda di tengah arus menjamurnya media daring saat ini.

"Dulu gedung lama DPRD Kalsel berdampingan dengan kantor gubernur atau dan tergabung dalam press room Pemprov Kalsel, jadi tidak ada saat itu press room DPRD Kalsel untuk wartawan," ujarnya.

Di tahun itu, urainya, para wakil rakyat di DPRD Kalsel nyaris tidak terliput pers, padahal hanya beberapa meter jaraknya dari press room Pemprov Kalsel. Kecuali ada kegiatan rapat paripurna atau acara khusus yang penting. Sehingga kinerja wakil rakyat tentu saja: jarang terpublikasi.

Melakukan tugas liputan sejak 1980, ia bergabung di Kantor Berita Nasional (KBN) Antara milik pemerintah yang kini menjadi Perum LKBN Antara. Antara memproduksi berita dan informasi ke seluruh Indonesia dan internasional.  

Pak Syam menceritakan, semula ia tak memiliki pos khusus untuk liputan. Mengingat publikasi ditangani langsung Humas Pemprov Kalsel kalau kebetulan ada kegiatan gubernur/wakil gubernur di DPRD Kalsel.

Ia pun menyarankan agar DPRD Kalsel mempunyai pos tersendiri untuk penyebarluasan informasi kegiatan dewan provinsi. Lalu pada 1983 dibuatlah pos penunjang kehumasan DPRD Kalsel, walau ketika itu tidak ada struktural humas. 

"Saya masih ingat, hanya saya sendiri yang ngepos di DPRD Kalsel, ketika anggota dewan membuat baju, dirinya juga dapat satu stel baju safari," katanya.

Profesi wartawan saat itu benar-benar dihormati. Setiap kunjungan kerja dalam daerah dan keluar daerah selalu dibawa. Kunker keluar daerah hingga 1990 hanya satu kali dalam setahun selama sepuluh hari. "Kalau Kunker dalam daerah tiap bulan/sekali dalam sebulan," ceritanya.

Kemudian dirinya masuk dalam kepengurusan PWI Kalsel di 1983. Waktu itu hanya ada enam media, yaitu Antara, RRI, Banjarmasin Post, Dinamika, Gawi Manuntung dan Media Masyarakat yang pada 1985 juga mau ikut meliput kegiatan DPRD Kalsel.

Untuk menyalurkan aspirasi rekan sesama wartawan, ia melapor dengan Ketua DPRD Kalsel, H Rahmatullah. DPRD Kalsel menerima dan kawan-kawan wartawan kemudian diikutsertakan meliput di dprd dan kunker.

"Semula hanya Kantor Berita Antara yang boleh meliput rapat-rapat kerja komisi dengan mitra/hubungan kerja. Kemudian atas permintaan kawan-kawan pula, wartawan media lain boleh melakukan liputan rapat-rapat komisi bersama mitra/hubungan kerja dengan catatan yang bersifat "off the record" jangan diberitakan," tegas ia.

Kemudian Pak Syamsudin dipercaya sebagai Koordinator Press Room DPRD Kalsel hingga 1990 sampai dirinya menjadi Kepala LKBN Antara Kalteng. Setelah sepuluh tahun (2000) ia kembali ke Banjarmasin dan dipercaya lagi sebagai Koordinator Press Room DPRD Kalsel. "Mungkin karena dinilai sebagai pendiri Press Room DPRD Kalsel dan mendorong adanya pos tersendiri untuk kegiatan kehumasan dewan," jelas Pak Syam.

Kalau tanpa dorongan tersebut mungkin seperti di DPRD Kalteng baru di 2017 terbentuk press room dewan. Ia mengatakan hampir tak pernah merasakan duka selama meliput di DPRD Kalsel. Karena dari awal nawaitu/niatnya untuk mencari berita dan berusaha mengangkat Kalsel melalui pemberitaan, termasuk pemberitaan DPRD Kalsel.

Namun ketika rekan sesama wartawan kurang mendapat perhatian dari Setwan DRPD Kalsel seperti tidak mendapatkan makan ketika melakukan liputan berhari-hari atau ada anggota dewan yang terkesan diskriminasi ia merasa sedih. Hal tersebut sempat terjadi pada 2019, wartawan melakukan boikot.

Adapun terkait prestasi, wartawan senior Antara ini bersyukur, sejak 1980 - 1990 tiap bulan masuk sepuluh besar (peringkat 7 atau 8) dalam produksi berita dari seluruh wartawan biro/cabang LKBN Antara seluruh Indonesia. (maya/sip)

Posting Komentar

favourite category

...
test section describtion

Whatsapp Button works on Mobile Device only

close
pop up banner