INDEPTH NEWS: Lagi Ramai Banjir Rob di Kalsel, Apa Itu? Bagaimana Sejarahnya di Banua? | Berita Banjarmasin | Situs Berita Data & Referensi Warga Banjarmasin

Rabu, 15 Desember 2021

INDEPTH NEWS: Lagi Ramai Banjir Rob di Kalsel, Apa Itu? Bagaimana Sejarahnya di Banua?

ILUSTRASI: media indonesia
SEJARAH mungkin berulang. Kata ini cocok disematkan dalam peristiwa banjir rob yang terjadi di sejumlah wilayah di Provinsi Kalsel khususnya yang melanda Kota Banjarmasin saat ini.

Keadaan ini dipengaruhi fenomena alam La Nina dan air pasang yang mengakibatkan genangan air di sejumlah wilayah ditambah peningkatan curah hujan yang mengakibatkan banjir. Lalu seperti apakah banjir rob itu?

Apa Itu Banjir Rob?

Istilah banjir sudah tidak mengherankan dan sudah sering didengar di telinga masyarakat Kalsel. Kondisi ini biasanya diperparah dengan curah hujan yang tinggi sehingga mengakibatkan luapan-luapan yang menggenangi di beberapa tempat termasuk permukiman. 

Mengutip dari ilmugeografi.com banjir rob merupakan banjir yang airnya berasal dari air laut. Banjir rob ini adalah banjir yang diakibatkan oleh pasangnya air laut, hingga air yang pasang tersebut menggenangi daratan. 

banjir rob juga dikenal sebagai banjir genangan. Banjir rob akan sering melanda atau sering terjadi di daerah yang permukaannya lebih rendah daripada permukaan air laut. Karena disebabkan oleh meluapnya air laut yang sampai ke daratan, maka air yang menggenangi karena banjir rob ini mempunyai warna yang cenderung lebih jernih daripada air yang pada banjir- banjir biasanya.

Sejarah Banjir Rob di Kalsel

Akademisi dari ULM, Mansyur dengan jelas menuliskan, pada era Orde Lama, 28 Maret 1953, banjir besar pernah terjadi di 3 kecamatan di Kalsel, yakni Martapura, Pengaron dan Karang Intan seperti melansir www.sependang.com

Amir Hasan Bondan, dalam Suluh Sedjarah Kalimantan (1953) menganggap inilah banjir terbesar selama delapan tahun terakhir, setelah Kemerdekaan RI 1945. Banjir besar terjadi setelah momen dua bulan sebelumnya Presiden Soekarno berkunjung ke Banjarmasin, 25 Januari 1953. Sayang data tentang banjir di dekade ini minim.

Banjir besar sebelumnya terjadi di wilayah Martapura adalah masa kolonial Belanda, yakni tahun 1937 dan tahun 1932.  Dari tiga banjir besar sebelum tahun 2021, banjir tahun 1937 menjadi air bah terbesar di wilayah yang dulunya bernama “Afdeeling Martapoera” ini.

Wajar kemudian menjadi konsumsi pemberitaan besar di koran koran ternama Hindia Belanda hingga Negara Belanda. Tingkat banjir di Martapoera adalah 3,6 meter di atas rekor ketinggian tahun 1932 yang hanya mencapai satu meter. Bahkan, pegawai pemerintahan Hindia Belanda, Dr. A. Hammarskjold di Martapura, juga menjadi korban (meninggal dunia) karena banjir. Demikian diberitakan koran “de Nederlander”, edisi 8 Juli 1937.

Dari catatan harian ternama Hindia Belanda lainnya, “Algemeen Handelsblad”  (edisi 9 Juli 1937), wilayah Martapura terkena dampak air bah berdebit tinggi. Banjir tersebut terjadi selama dua hari, 6 dan 7 Juli tahun 1937. Banjir ini mencapai 360 centimeter (3,6 meter) pada titik tertinggi. Melampaui rekor pada tahun 1932 yang mencapai sekitar 100 centimeter (1 meter). Mulai terjadi lewat tengah malam, yakni sekitar pukul satu malam tanggal 6 Juli, saat Sungai Riam Kanan mulai meluap ke daerah sekitarnya.

Koran ternama Hindia Belanda lainnya, “De T?d”,  edisi 9 Juli 1937 tidak ketinggalan mengabarkan banjir yang terjadi di “Afdeeling Martapoera” memporak-porandakan banyak kampung. Rumah penduduk banyak yang hanyut tersapu banjir. Tercatat, mulai kampung Soengei Alang 71 rumah hanyut dan 21 orang meninggal dunia. Kepala kampung (pambakal) dan keluarganya hilang. Kemudian di Kampung Mandikapau 17 rumah menjadi korban, disusul Soengei Asam 7 rumah terbawa banjir. Sementara di Kampung Palangpangkal 36 rumah hanyut, Kampung Tiwingan 7 buah rumah larut hingga Kampung Astamboel sebanyak 12 rumah tersapu banjir.

Demikian juga di lokasi kampung lainnya, yakni Kampung Tambak Anyar, Kampung Ujung Murung, serta Kampung Bintjau (Bincau) rusak berat. Puluhan rumah juga terbawa aliran air bah. Beberapa daerah yang rusak terkena dampak banjir bahkan tidak bisa dijangkau. Pada ketiga kampung ini diperkirakan sebanyak 150 rumah telah hanyut terbawa banjir. Daerah terdampak lainnya seperti Kampung Karangintan (Karang Intan), Malei-Malei (Mali Mali) dan Pinarang belum bisa diakses karena tingginya banjir. Namun upaya untuk membongkar keterisolasian terus dilakukan pemerintah kolonial saat itu.

Selain kampung yang telah tercatat, beberapa kampung lain juga rusak parah, namun di sini jumlah korban belum terdata. Puluhan rumah hanyut sehingga pintu salah satu polder (kanal) di Martapura pun akhirnya harus dibuka.

Bukan hanya merusak rumah penduduk, banjir juga mengakibatkan semua sambungan telegraf dan telepon dari Banjarmasin-Hulu Sungai terputus. Sementara Jalan Pos (sekarang Jalan Ahmad Yani), bahkan terputus di sepuluh tempat. Jalan ini hancur total sejauh 500 meter. Sementara air tergenang di badan jalan dan jalan pun tidak bisa dilalui sepanjang 5 kilometer. Demikian diberitakan Harian Bredasche Courant, edisi 17 Juli 1937.

Bagaimana dengan kondisi Kota Martapura? Koran De Limburger (edisi 08 Juli 1937) mencatat pada hari pertama banjir (6 Juli 1937) di wilayah kota Martapoera, telah jatuh korban dua orang tenggelam dan rumah-rumah hancur di beberapa tempat. Air bah naik hingga ketinggian satu meter (100 cm) di atas alun-alun (sekarang area Taman Cahaya Bumi Selamat, Martapura). Demikian halnya di kawasan perbelanjaan (pasar) Martapoera. Ketinggian debit airnya bervariasi. Cuma tidak ada yang di bawah satu meter. Bahkan pada kawasan pertokoan di Martapoera airnya setinggi pintu depan toko. Banjir besar ini juga berdampak pada bangunan lain seperti jembatan. Sebuah jembatan besi di area Kota Martapura pun miring. Bahkan jembatan Stamboel (Astambul sekarang) tersapu seluruhnya oleh derasnya banjir.

Koresponden harian Nieuwe Apeldoornsche Courant edisi 23-07-1937 bahkan membuat sebuah artikel tentang detik detik terjadinya banjir bandang di Martapura. Pada Rabu dini hari tanggal 6 Juli, ketika penduduk masih terlelap, akibat hujan lebat di pedalaman, debit sungai Riam Kanan mulai meningkat dan meluap ke daerah sekitarnya. Dari Sungai Riam Kanan air bah mengaliri hingga Sungai Martapura dan memporak porandakan wilayah sekitarnya.

Dengan kekuatan air masif dibarengi kenaikan ketinggian membuat penduduk tidak mampu bertahan. Air mengalir dengan kekuatan dan kecepatan yang luar biasa, melewati aliran anak sungai yang agak sempit di sekitar Sungai Riam Kanan. Air bandang menyeret segala sesuatu di sekitarnya, sehingga tidak ada lagi permukiman (kampung) yang aman. Aliran sungai membawa banyak kayu berat yang terapung di badan sungai. Menyusuri sungai dengan kecepatan tinggi, menerjang jembatan di atas Sungai Martapura. Lalu lintas “Bandjermasin” dengan daerah pedalaman putus, terhambat total, yang berdampak pada perdagangan. Dampak kerusakan akibat banjir belum terdata, namun diperkirakan tidak kecil, terutama padi yang baru ditanam petani menghilang terbawa bah.

Untungnya banjir besar di Martapura tahun 1937 hanya berlangsung dua hari. Pasca banjir, Kampung Sei Alang surut hingga 7 meter ke sungai, namun kampung tersebut masih belum bebas air. Lalu lintas telepon dan telegraf antara “Bandjermasin” dan “Hulu Soengei” telah pulih dan disambungkan kembali. Namun, lalu lintas darat (Jalan Pos) ternyata tetap tidak memungkinkan dilalui hingga dua minggu kemudian, 20 Juli 1937. Demikian dituliskan Koran “Bataviaasch nieuwsblad”, edisi 19 Juli 1937 dan Harian “Deli Courant”  edisi 8 Juli 1937.

Koresponden Harian “Arnhemsche Courant”, edisi 08 Juli 1937 berkesimpulan, bahwa banjir “Martapoera” sungguh suatu peristiwa besar. Memberikan pembelajaran kepada penduduk bahwa dengan kondisi geografis “Afdeeling Martapoera”, yang terletak di daerah aliran Sungai Martapura, tempat bertemunya Sungai Riam Kiwa dan Riam Kanan, keberadaan banjir atau bah patut diwaspadai. Diperlukan peran serta pemerintah kolonial era itu untuk membangun tanggul pengaman maupun kanal (folder) di wilayah yang terletak sekitar 30 kilometer sebelah timur Banjarmasin ini. 

Banjir Rob di Banjarmasin

Air pasang dan curah hujan tinggi membuat beberapa kawasan tergenang, salah satunya jalan Perdagangan di Banjarmasin Utara. Terlihat saat air masih tergenang hingga pukul 12.00 Wita. Sebelumnya kedalaman air mencapai 10 sentimeter atau sampai menyentuh mata kaki orang dewasa.

Mengingat kemarin malam hujan deras disertai angin kencang cukup lama terjadi hingga air cepat naik dari biasanya.

Kondisi serupa juga terlihat di kawasan Jalan Cendana Kayutangi. Bahkan dikawasan komplek pelajar itu ketinggian air masih cukup tinggi.

Sebelumnya genangan air terjadi dikawasan Pasar Gawi Manuntung, di Jalan Prona I, Kelurahan Pemurus Baru, Banjarmasin Selatan.

Salah satu warga, di sekitar kawasan tersebut, Arul mengatakan bahwa banjir telah terjadi dua hari berturut-turut. "Baru-baru ini, dua malam sudah banjir di sini," bebernya, Senin (6/12/2021).

Arul mengatakan di kawasan tersebut memang sangat rentan terjadi banjir, jika air sungai sudah pasang dan curah hujan tinggi.

Namun tambahnya, genangan air dikawasan itu tidak berlangsung lama dan akan kembali surut menjelang pagi.

Air Masuk Menggenangi Rumah Warga di Banjarmasin

Beberapa hari hujan deras mengguyur wilayah Kota Banjarmasin yang mengakibatkan beberapa wilayah tergenang banjir. 

Di beberapa kawasan air bahkan sudah masuk ke dalam rumah warga. Seperti pantauan Jurnalis Beritabanjarmasin.com di wilayah Banjarmasin Selatan tepatnya di Jalan Bumimas tampak air sejak hari Minggu hingga hari ini, Senin (6/12/2021) masih menggenangi ruas-ruas jalan dan sebagian pemukiman warga. Adapun ketinggian air mencapai di atas mata kaki orang dewasa. 

Begitu juga di wilayah Banjarmasin Utara seperti di depan Universitas Lambung Mangkurat, Depan SMK 4, SMK 2, hingga sepanjang jalan Cendana. 

Sebagaimana diketahui banjir yang terjadi di beberapa lokasi tersebut diakibatkan banjir rob. Air sungai pasang dapat meluap menggenangi wilayah daratan.

Kawasan Permukiman Seberang Mesjid, Banjarmasin Tengah Hingga Kubah Habib Basirih Tergenang 

Kawasan Seberang Masjid Banjarmasin Tengah mulai tergenang kembali tadi malam (6/12/2021).

Menurut salah satu warga Novre Gitayanti sejak kemarin malam kawasan rumahnya sudah tergenang air. 

"Mulai kemarin malam habis isya air sungai mulai naik kepermukaan halaman rumah ," paparnya, Senin (6/12/2021) malam.

Kondisi tersebut, ujar ibu dua orang anak ini tidak berlangsung lama. Sebab air akan kembali surut saat pagi harinya.

Novre menerangkan banjir rob saat ini tidak terlalu parah dibandingkan banjir awal tahun lalu mengakibatkan ia bersama keluarganya terpaksa harus mengungsi ke Martapura. "Alhamdulillah, tinggi air pun sudah menurun dari kemarin malam," bebernya.

Wanita yang juga merupakan ASN pemkot Banjarmasin ini berharap fenomena ini tidak terus terjadi dan bisa kembali pulih seperti biasa.

Terpisah, kondisi serupa juga terjadi dikawasan kubah Habib Basirih, Banjarmasin Selatan yang terjadi genangan air cukup tinggi hingga hampir mencapai lutut orang dewasa.

Air akan naik setelah pukul sembilan malam ke atas. Sehingga para pengurus kubah maupun pokdarwis kawasan Kubah Habib Basirih tersebut terus bersiaga.

"Kami terus memantau dan mengawasi pasang air," ujar Ketua Pokdarwis Kubah Habib Basirih, Husin Luthfie.

Ia juga menambahkan kondisi tersebut mengikuti air pasang sungai. Dimana kawasan wisata religi itu berada di kawasan pinggir sungai.

Sehingga luapan air cepat akan naik kepermukaan, namun akan cepat turun seiring pasang surut air sungai.

Banjir Rob Melebar Ke 19 Titik, Banjarmasin Utara Paling Terdampak, Ini Datanya

Kawasan banjir rob di Banjarmasin kini melebar hingga 19 titik tersebar di empat kecamatan.

Hal itu disampaikan Kepala BPBD Kota Banjarmasin, Fahruraji. Sesuai hasil laporan yang diterima, peta kawasan pemukiman Banjarmasin Utara paling banyak terdampak. "Saya terus meminta tim selalu siap siaga melakukan pengawasan," paparnya, Selasa (7/12/2021).

Adapun kawasan yang terjadi luapan air sungai tersebar di Banjarmasin Selatan, Banjarmasin Barat, Banjarmasin Tengah, sebagian wilayah Banjarmasin Utara dan Banjarmasin Timur.

Menurutnya air pasang terjadi akibat peningkatan debit air di sejumlah wilayah di Banjarmasin, terutama di bantaran sungai Martapura dan Sungai Barito, pengaruh fenomena La-Nina. “Namun sudah mulai ada penurunan walau agak lamban," ujarnya.

Ia pun mengimbau terhadap masyarakat untuk menghubungi pihaknya jika memerlukan bantuan evakuasi.

Berikut sebaran lokasi terdampak : 

1. Jl. Pangeran, Kel. Kuin Utara, Kec. Banjarmasin Utara

Ketinggian air : 20-30 cm.

2. Jl. Alalak Tengah, Kel. Alalak Tengah ketinggian air : 10-20 cm.

3. Jl. Banua Anyar, Kel. Banua Anyar, Kec. Banjarmasin Tengah. ketinggian air : 30-40 cm

4. Jl. Kuin, Kel. Kuin Selatan, Kec. Banjarmasin Barat.

Ketinggian air : 30-40 cm.

5. Jl. Pengambangan, Kel. Pengambangan, Kec. Banjarmasin Timur.

Ketinggian air : 30-40 cm.

6. Jl. Keramat Raya, Kel. Sungai Bilu, Kec. Banjarmasin Timur.

Ketinggian air : 20-30 cm.

7. Jl. S Parman, Kel. Teluk Dalam, Kec. Banjarmasin Tengah.

Ketinggian air : 20-30 cm.

8.Jl. Pangeran, Kel. Pangeran, Kec. Banjarmasin Utara.

Ketinggian air : 20-30 cm

9.Jl. Hasan Basri Komp. Kejaksaan, Kel. Pamgeran, Kec. Banjarmasin Utara.

Ketinggian air : 20-30 cm.

10. Jl.Simpang Limau, Kel. Pemurus Luar, Kec. Banjarmasin Timur.

Ketinggian air : 5 cm

11. Jl.Alalak Tengah (SMA 8), Kel. Alalak Tengah, Kec. Banjarmasin Utara.

Ketinggian air : 20-30 cm

12. Jl. Sungai Andai, Kel. Sungai Andai, Kec. Banjarmasin Utara.

Ketinggian air : 10-20 cm.

13. Jl. Rahayu, Kel. Sungai Lulut, Kec. Banjarmasin Timur.

Ketinggian air : 10-20 cm

14. Jl. HKSN, Alalak Selatan, Kec. Banjarmasin Utara.

Ketinggian air : 10-20 cm.

15. Jl. Sultan Adam, Kel. Surgi Mufti, Kec. Banjarmasin utara

Ketinggian air 20-30 cm.

16. Jl. Flamboyan, Kel. Sungai Miai, Kec. Banjarmasin Utara.

Ketinggian air : 10-20 cm.

17. Jl. Sungai Lulut, Kel. Sungai Lulut, Kec. Banjarmasin Timur

Ketinggian air: 10 cm

18. Jl. Cemara Raya, Kel. Sungai Miai, Kec. Banjarmasin Utara

Ketinggian air : 10-20 cm

19. Jl. Sungai Miai, Kel. Sungai Miai, Kec. Banjarmasin Utara

Ketinggian air : 10-20 cm 

Dinsos Banjarmasin Siapkan Anggaran Bantu Warga Terdampak Banjir Rob

Dampak banjir rob meluas di lima kecamatan, Pemkot Banjarmasin anggarlan Rp500 juta untuk dapur umum dan logistik membantu korban terdampak banjir.

Hal itu disampaikan Kepala Dinas Sosial Kota Banjarmasin, Iwan Ristianto. Pihaknya akan mengawasi dan mendata jumlah warga yan terdampak banjir rob. "Anggaran dari Belanja Tidak Terduga (BTT) APBD 2021," ucapnya, Rabu (8/12/2021).

Ia meyampaikan anggaran itu digunakan untuk keperluan bahan pokok serta pendirian dapur umum serta keperluan logistik lainnya. Itu akan direalisasikan saat status kota menjadi tanggap darurat bencana banjir.

“Apabila status naik, maka tim Tagana menyiapkan dapur umum yang titiknya minimal di tiap kecamatan," urainya.

Pemkot juga menyiapkan segala sesuatu, jika Banjarmasin naik status, termasuk sumber daya manusia (SDM), pelengkapan hingga tenda pengungsian.

Banjir Rob, Dinas TPH Kalsel Sebut Lahan Pertanian Masih Aman

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura (TPH) Kalsel, Syamsir Rahman mengatakan meski banjir, petani masih bisa melakukan penanaman di lahan. 

Hal ini mengingat banjir yang terjadi hanya banjir rob yang airnya bisa surut dan kemudian pasang namun tidak begitu dalam.  "Terendam di beberapa lokasi tapi sekarang sudah mulai surut," katanya, Kamis (9/12/2021). 

Dikatakan ia wilayah yang banyak terendam yaitu di Banjarmasin yang bukan merupakan lahan pertanian, sedangkan di Kabupaten Barito Kuala sebagian lahan memang terendam namun masih bisa ditanami. "Sejauh ini semuanya aman untuk lahan pertanian tidak ada yang terendam sampai parah," pungkasnya. 

-Staf Muda Wali Kota Banjarmasin Turun Langsung Mendata Kawasan Terdampak Banjir Rob

Tak hanya dari pemerintah kota, sembilan staf muda Wali Kota Banjarmasin turun langsung ke sejumlah titik terdampak banjir.

Seperti yang diungkapkan, staf muda Wali Kota Banjarmasin bidang sosial, Fajery Majedi, pihaknya bersama tim BPBD Kota Banjarmasin mencari data untuk melengkapi laporan yang telah diterima baik dari kecamatan, maupun masyarakat langsung.

Sehingga data yang sudah diinventarisir itu bisa menjadi dasar untuk penanganan risiko terdampak banjir rob. "Kami dapat mandat dari pak wali untuk ikut terjun langsung kawasan terdampak banjir," terangnya, Jumat (10/12/2021).

Dendy Primanandi bidang perencanaan wilayah kota dan lingkungan, juga menjelaskan hipotesis saat ini aliran run-off (air larian) masih sulit mencari saluran akibat banyaknya gedun-gedung yang menghalangi penyerapan air.

Sehingga sangat terdampak bagi warga yang berada didataran rendah dan berada dibantaran sungai. "Seperti Jalan Cendrawasih, Lingkar Utara, Basirih, Teluk Tiram, Banyiur, Rawasari,  dan Jafri Zam - Zam," sebutnya.

Untuk itu ia bersama delapan staf muda lainnya ikut membantu upaya yang dilakukan pemkot dengan ikut serta giat yang dilakukan para tim pasukkan turbo PUPR, serta  tim satgas kebersihan sampah membuka sumbatan Drainase dan pompa di lokasi terendam.

Hal senada juga disampaikan staf muda bidang pemuda dan olahraga, Irfan Thalib bahwa ia bersama staf muda lainnya, juga memberikan edukasi kemasyarakat terkait pentingnya menjaga lingkungan dari tumpukan sampah. Karena dapat menyebabkan tersumbatnya aliran air di drainase maupun aliran sungai. "Di sinilah peran kami sebagai staf muda dalam ikut aktif membantu pemerintah," ungkapnya.

Apalagi fenomena La Nina sebelumnya sempat terjadi di awal tahun, yang mengakibatkan banyak kerugian bagi masyarakat.

Mereka pun berharap dengan keikutsertaan pihaknya dalam penanganan banjir rob yang terus meluas saat ini. Bisa membantu pemerintah maupun masyarakat langsung. 

Sementara itu, berdasarkan laporan terhimpun telah disiapkan 700 orang tim gabungan dari Damkar, Turbo, DLH, Satgas dan Kecamatan. Untuk bersihkan sampah pasang rob, drainase mampet, dan melakukan sedot genangan air.

Belum Resmi, Wali Kota Banjarmasin: Kita Bisa Masuk Kategori Tanggap Darurat Banjir

Wali Kota Ibnu Sina mengatakan, meski belum resmi berstatus  tanggap darurat, Banjarmasin bisa dikatakan masuk dalam status tanggap darurat bencana banjir.

"Karena sudah lima hari terjadi banjir rob dan gubernur juga telah menetapkan status tanggap darurat di skala provinsi," terangnya, Jumat (10/12/2021).

Sedangkan untuk penanganannya akan menggunakan dana Belanja Tak Terduga (BTT). Terutama dalam melaksanakan program normalisasi sungai.

Karena pelaksanaan normalisasi sungai merupakan salah satu langkah bagi pemerintah dalam penanggulangan bencana banjir. "Jangan sampai ada refocusing anggaran pada program normalisasi sungai itu," tandasnya.

Apalagi bencana banjir rob sendiri tak hanya terjadi di Kota Baiman tersebut, namun juga di beberapa kabupaten/kota lainnya.

Ia berharap dengan upaya yang telah dilakukan pemkot selama ini, bisa menangani banjir. 

-Wali Kota Banjarmasin Instruksikan Seluruh Elemen Berperan Aktif Dalam Penanganan Banjir Rob

Pemerintah kota terus melakukan berbagai upaya dalam penanganan banjir rob. Wali Kota Banjarmasin, Ibnu Sina meminta seluruh elemen berperan aktif dalam penanganan banjir.

Seperti pembersihan drainase yang tersumbat dari sampah, maupun pembersihan baik aliran sungai kecil maupun sungai besar.

"Kita telah instruksikan baik dari perangkat lurah, pasukan turbo hingga balakar untuk gotong royong melakukan pembersihan," urainya, Sabtu (11/12/2021).

Karena fenomena La Nina ini sangat berpengaruh terhadap aktifitas warga kota terutama kawasan yang paling terdampak banjir rob sejak Minggu (5/12/2021) lalu.

Sementara itu, Wakil Wali Kota Banjarmasin, Arifin Noor menyampaikan keseriusan pemkot dalam penanganan banjir rob tersebut pihaknya juga telah melakukan koordinasi ke Balai sungai maupun Pemprov Kalsel.

Selain itu pihaknya terus berkoordinasi dengan kelurahan, Babinsa maupun Babinkantbmas untuk terus melakukan pemantauan terhadap bangunan yang dianggap menyalahi aturan tata ruang.

"Misalnya dengan sengaja menutup saluran drainase maupun membuang sampah sembarangan," tandasnya.

Serta penertiban terhadap kawasan pemukiman yang berada di bantaran sungai. Untuk tidak membuat dapur maupun pembuangan ke badan sungai.

Sehingga bisa dilakukan tindakan secara dengan memberikan pemahaman terhadap masyarakat."Nanti kita atur pelan - pelan untuk lebih baik lagi," tutupnya. 

Tindaklanjuti Instruksi Wali Kota, Kelurahan Telawang Banjarmasin Barat Kerahkan RT Bersihkan Drainase dan Sungai

Tindaklanjuti instruksi Wali Kota Banjarmasin, Kelurahan Telawang Banjarmasin Barat menggerakkan para RT untuk gotong - royong bersihkan aliran drainase dari sampah.

Lurah Telawang Banjarmasin Barat, Ahmad Zairi Al - Hafi memaparkan giat tersebut menjadi agenda rutin pihaknya tiap minggu. Dengan bekerjasama bersama pasukan turbo Dinas PUPR Kota Banjarmasin, BPK dan PD PAL untuk membersihkan sepanjang jalan di kawasannya.

"Wilayah kami pun terdampak banjir rob, ini juga sebagai upaya penanganan kami," ujarnya, Minggu (12/12/2021) 

Tak hanya itu, lanjutnya pihaknya terus melakukan pengawasan dan memberikan pemahaman terhadap warga untuk bekerjasama dalam menjaga lingkungan sekitar.

Apalagi wilayah yang memilikki 35 RT tersebut juga ikut terdampak adanya banjir rob yang hampir menggenangi seluruh kawasan permukiman. "Kami harapkan kesadaran masyarakat untuk saling menjaga, agar tidak terjadi penyumbatan," tegasnya.

Karena menurutnya lagi, penanganan banjir rob yang saat ini terjadi bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja dalam menanganinya. Namun juga dapat didukung dari masyarakat untuk ikut serta beperan aktif menjaga kebersihan. "Marilah kita bersama - sama melakukan yang terbaik untuk kota kita," ajaknya.

Sebelumnya, pihaknya juga telah melakukan giat bersih - bersih tersebut di dua kawasan yakni Jalan Telaga Biru dan Jalan Teluk Tiram Darat. Jumlah sampah yang cukup banyak pada drainase membuat aliran air tidak lancar.

Pemkot Bakal Bangun Rumah Pompa Untuk Tanggulangi Banjir

Setelah Normalisasi Sungai, Pemkot Banjarmasin Rencanakan Pembangunan Rumah Pompa Tanggulangi Banjir

Dinas PUPR Kota Banjarmasin akan membangun rumah pompa di 20 titik untuk menanggulangi banjir. Kepala Bidang Sungai Dinas PUPR Kota Banjarmasin, Hizbul Wathony memaparkan rencana tersebut menindaklanjuti Perda RT/RW Nomor 6/2021 yang baru saja disahkan.

"Dalam perda tertulis akan ada pembangunan rumah pompa dalam penanggulangan banjir," jelas ia Rabu (8/12/2021).

Pembangunan akan dilakulan di Jalan Veteran. Kemudian di ujung kawasan Sungai Lulut, Banjarmasin Timur. Karena wilayah tersebut berdekatan dengan sungai kabupaten tetangga.

Adanya rumah pompa tersebut diharapkan efektif menangani banjir rob saat ini. Sehingga tidak ada genangan air di permukiman yang memakan waktu lama.

Sebelumnya pihaknya juga telah melakukan program normalisasi sungai, dengan mengeruk sungai kecil maupun besar.

Hal tersebut sebagai upaya dari pemerintah kota dalam penanggulangan terjadinya banjir yang telah terjadi di awal tahun 2021 lalu.

Banjir Landa Kalsel, Begini Respon Paman Birin

Musibah banjir kembali melanda sejumlah wilayah Kalsel. Keadaan ini mendapat respon dari Gubernur Kalsel, Sahbirin Noor.

Diantara daerah yang paling terdampak yakni Kabupaten Tabalong, Balangan, Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Tengah, dan Banjar.

Sahbirin menyampaikan telah meminta jajarannya untuk bergerak cepat dalam upaya tanggap darurat banjir di beberapa kabupaten/kota terdampak di Kalsel.

Khususnya anak muda yang ada di instansi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kabupaten/kota agar bergerak cepat turun kelapangan jika terjadi bencana sehingga tidak menunggu perintah lagi.

"Sekarang mereka bertanding dengan saya, saya duluan di tempat banjir atau mereka," ujar Sahbirin.

Hal ini sebagai pemacu agar anak-anak muda tersebut segera turun jika terjadi musibah, begerak dan melaporkan cepat apa yang harus dilakukan.

"Kita masyarakat sama-sama berjuang untuk mengantisipasi dan bertahan dari musibah yang datang," pesannya.

Ia juga mengimbau masyarakat agar bersabar terhadap musibah yang terjadi dan sebaiknya mengungsi jika wilayah-wilayah yang ditinggali akibat bencana banjir sudah tidak representatif dan berpotensi membahayakan. 

Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Kalsel M Syaripuddin mengatakan dengan ditetapkannya tanggap darurat untuk Kalsel maka diharapkan seluruh stakeholder bekerjasama.

Khususnya dari BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) sebagai media informasi kepada masyarakat yang mengetahui situasi dan prediksi sampai kapan berlangsungnya bencana banjir di wilayah Kalsel.

Mengingata kata dia banjir rob seperti ini merupakan bencana yang sering terjadi di akhir tahun. "Seperti yang saya sampaikan kita perlu mitigasi bencana jangka panjang sebagai antisipasi," terangnya. 

Bagaimana Respon DPRD Kota Banjarmasin?

Ketua Komisi III DPRD Kota Banjarmasin, M Isnaini mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terutama kepada warga yang bermukim di bantaran atau pinggiran sungai.

Mengingat berdasarkan prakiraaan BMKG diprediksi berpotensi terdampak banjir rob apalagi disertai curah hujan yang tinggi yang membuat genangan air dan luapan hingga ke pemukiman penduduk.

Sebelumya kata Isnaini pihaknya telah menggelar RDP dengan Dinas PUPR (9/12/2021) membahas terkait penanggulangan banjir dan penataan infrastruktur. Dimana untuk mengatasi wilayah terendam ini salah satunya upaya yang dilakukan dengan normalisasi sungai.

"Namun kendala yang dihadapi saat ini ada sebagian bangunan warga Banjarmasin yang berada di pinggir sungai, jika dipaksa dilakukan pengerukan berdampak rumah akan roboh," ujarnya. 

Masyarakat pun Angkat Suara

Sejumlah wilayah di Kota Banjarmasin terdampak Banjir Rob salah satunya di kawasan Komplek Andai Jaya Persada Kelurahan Sungai Andai Kecamatan Banjarmasin Timur. 

Salah satu warga di sana, Yana menuturkan banjir mengakibatkan aktivitas sehari-hari menjadi terganggu. Sebab banjir terjadi cukup lama belum lagi ditambah intensitas hujan yang terjadi akhir-akhir ini cukup tinggi.

"Banjir ini cukup menggangu aktivitas saya karena jalanan di halaman rumah hingga komplek tergenang," ucapnya.

Ketinggian air yang merendam di komplek tersebut kata Yana mencapai 10-15 cm, air pasang terjadi dari pukul 02.00 Wita dan biasanya berangsur turun mulai pukul 13.00 Wita. "Tergantung kondisi, kalau harinya hujan lebih lama surutnya," ucapnya.

Kondisi banjir ini menurutnya juga terjadi di kawasan padat penduduk di Komplek PWI Sungai Andai. 

Keadaan ini lanjutnya disebabkan juga tidak adanya lagi saluran air akibat adanya pengerukan atau urukan yang digunakan untuk rumah- rumah penduduk. "Saluran untuk pembuangan drainase itu saat ini tidak ada, otomatis kalau ada air pasang akan meluap ke jalan," jelasnya. (*)

Posting Komentar

favourite category

...
test section describtion

Whatsapp Button works on Mobile Device only

close
pop up banner