BERITABANJARMASIN.COM - Sosok pahlawan tanpa jasa adalah julukan yang melekat erat pada profesi seorang guru.
Pernahkah terpikir bagaimana cara mendidik anak berkebutuhan khusus, seperti yang dilakukan Yuniati.
Yuniati adalah seorang guru di Sekolah Dasar Mawadah Banjarmasin. Sekolah berbasis inklusi dengan menerapkan sistem layanan pendidikan kepada difabel agar dapat bersekolah di sekolah terdekat, di kelas reguler bersama-sama teman seusianya. Tanpa harus dikhususkan kelasnya.
Sejak 2016 Yunati memutuskan untuk menjadi pengajar di SD Mawadah. Latar belakang pendidikan di bidang pendidikan luar biasa Universitas Lambung Mangkurat, membuat Mawadah percaya diri.
Selama lima tahun, dirinya melalui suka-duka yang tidak semua guru dapat rasakan. "Memang tidak mudah untuk menjalani, karakter dan sifat setiap anak itu unik," ungkapnya.
Menurutnya itu adalah suatu kebanggaan tersendiri baginya. Dia mengaku senang ketika melihat anak didiknya bahagia, tersenyum, sukses, dan menjadi anak yang mandiri.
Dalam proses belajar-mengajar, ia mengatakan perlu kesabaran lebih. Di sisi lain, dia menyayangkan masih ada beberapa orang tua dari penyandang disabilitas, yang menyembunyikan anaknya dari publik.
Menurut Yuniati orang tua dari anak-anak ini harusnya bangga. Sebab, mereka diberikan anak-anak pilihan yang bisa menjadi ladang amal mereka.
"Justru dengan memiliki ank seperti itu membuat kita semangat agar nantinya anak itu berkembang seperti anak pada umumnya," ungkapnya.
Menurut Yunati, makna dari Hari Pahlawan yaitu pengabdian, namun menurutnya tidak semua pengorbanan menuntut sebuah pengabdian.
"Sebagai seorang guru harus siap memberikan pelayanan yang terbaik untuk anak didik agar maju dan mandiri mengikuti perkembangan zaman," pungkasnya. (fitri/sip)
Posting Komentar