Pancasila di Era Revolusi Industri 4.0 | Berita Banjarmasin | Situs Berita Data & Referensi Warga Banjarmasin

Rabu, 26 Juni 2019

Pancasila di Era Revolusi Industri 4.0


HISTORIA perkembangan Revolusi Industri dimulai pada abad ke 18, di awali dengan penemuan mesin uap sebagai pengganti tenaga manusia untuk upaya menciptakan efesiensi dan peningkatan produktivitas pabrik kala itu, masa ini dikenal sebagai revolusi industri 1.0.

Zaman terus bergerak serta di ikuti dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang tak terbendung sehingga melahirkan inovasi-inovasi yang mutakhir dengan ditemukanya tenaga listrik yang dikenal sebagai  awal era revolusi industri 2.0. 

Proses produksi memang sudah cukup berkembang, tenaga otot tidak lagi banyak diperlukan. Pabrik pada umumnya telah menggunakan tenaga mesin uap ataupun listrik. Namun kendala lain ditemukan dalam proses produksi, yaitu proses transportasi.

Untuk memudahkan proses produksi di dalam pabrik yang umumnya cukup luas, alat transportasi untuk pengangkutan barang berat seperti mobil, kereta api dan pesawat terbang sangat diperlukan. Era ini yang dikenal dengan revolusi Industri 3.0.

Pada  revolusi industri keempat atau 4.0, efisiensi mesin dan manusia sudah mulai terkonektivitas dengan internet of things. Hampir segala seluk beluk kehidupan manusia sehari –hari terkoneksi dengan internet diruang jejak digital.

Di satu sisi kemajuan teknologi, informasi, dan transportasi seperti saat ini memberikan banyak manfat untuk bangsa kita, namun di sisi yang lain tentu hal ini akan menjadi sebuah ancaman yang nyata. 

Dari semakin banyaknya penggunaan teknologi dan semakin mudahnya akses jejaring digital dalam kehidupan, salah satu hal yang patut diwaspadai adalah penggunaan teknologi dan komunikasi yang tidak bertanggungjawab yang bisa mengikis budaya adiluhung yang merupakan pondasi rumah bangsa kita yakni Pancasila.

Pancasila yang Tak Pernah Usang

Avin Toffer dalam bukunya yang berjudul “Future Shock” mengemukakan bahwa keterbukaan teknologi,  informasi dan komunikasi dalam jejaring digital seperti sekarang ini akan menghasilkan beragam konsekuensi.

Salah satunya melahirkan  connected generation  atau yang hari ini kita sebut sebagai generasi milineal,  yang kecenderunganya merasa gengsi dalam mengamalkan nilai-nilai luhur Pancasila. Mereka beranggapan nilai-nilai Pancasila sudah tak relevan lagi diterapkan dalam konteks kekinian. Artinya kekhawatiran terus berlanjut, banyak pihak yang mencemaskan nilai-nilai Pancasila bisa tergerus akibat keterbukaan informasi, teknologi dan komunikasi yang demikian massif ini.

Namun, Pancasila tetaplah Pancasila hingga kapanpun tak pernah usang termakan zaman, karena Pancasila merupakan saripati nilai-nilai luhur yang di susun oleh para pendiri bangsa yang diambil  dari nilai religiusitas, adat istiadat dan budaya bangsa Indonesia sendiri. Oleh sebab itu, Pancasila yang menjadi representasi bangsa ini tetap layak dijadikan pedoman hidup.

Di era Revolusi Industri 4.0 seperti sekarang ini sudah seyogyanya semua masyarakat mengetengahkan nilai-nilai Pancasila di dalam kehidupan. Kehidupan yang semakin maju dan modern, mudahnya mendapatkan akses infomasi dan komunikasi melalui jejaring digital serta kemajuaan inovasi  tekonlogi yang makin hari makin tak terbendung akan menjadi kering  spritualitas dan spirit moral bahkan tidak terarah  jika Pancasila menjadi sesuatu yang terpinggirkan.

Perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi melalui jejaring digital ini bisa dimanfaatkan untuk tetap menjalankan komunikasi yang baik dan produkti antar umat beragama, suku bangsa dan bahasa dengan tujuan agar tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, sehingga Pancasila tetap layak dan cocok dijadikan pedoman hidup.

Penguatan Karakter Pancasilais

Hal-hal negatif yang hinggap di era Revolusi Industri 4.0 sekarang ini kiranya bisa kita lawan dengan memberikan penguatan terhadap nilai-nilai karakter pancasila yang sudah ada, hal ini perlu dilakukan sebagai upaya untuk memberikan kesadaran dalam perkembangan teknologi dan informasi dan komunikasi di jejaring digital yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.

Justru dengan perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi di era ini bisa dijadikan sebagai lahan untuk memupuk semnagat toleransi antar umat beragama, mensejahterakan kemaslahatan kemanusiaan, menjaga persatuan dan kesatuan, memperluas akses ekonomi kerakyatan dan mampu memberikan rasa keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sudah saatnya bagi setiap individu, keluarga, sekolah dan masyarakat untuk mengetengahkan kembali Pancasila sebagai acuan dalam membentuk karakter pribadi, anak maupun siswa disekolah dan tentunya pendidikan karakter tidak dapat direduksi dengan angka.
 
Sekali lagi ditekankan bahwa penguatan karakter Pancasila bukan hanya tanggung jawab akademisi dan institusi pendidikan melainkan menjadi amanah bagi setiap individu. Perlu sinergisitas seluruh komponen pendidik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat untuk terus melakukan pengawasan terhadap prilaku generasi penerus bangsa ditengah kemajuan teknologi dan kemudahaan dalam mengakses berbagai macam informasi dan komunikasi di jejaring digital (internet) hari ini.

Jangan sampai yang terserap dari era Revolusi Industri 4.0  ini hanya berbagai macam konten dan prilaku yang hakikatnya bertentangan dengan nilai-nilai luhur bangsa. Jika itu terjadi maka bangsa kita akan tetap menjadi bangsa yang terus terusan terpuruk layaknya bangsa yang tak memiliki jiwa.
Penulis:
Reja Fahlevi
*Akademisi Pendidikan Pancasila & Kewarganegaran ULM

Posting Komentar

favourite category

...
test section describtion

Whatsapp Button works on Mobile Device only

close
pop up banner