Mengenal Urang Banjar di Yogyakarta | Berita Banjarmasin | Situs Berita Data & Referensi Warga Banjarmasin

Minggu, 13 Januari 2019

Mengenal Urang Banjar di Yogyakarta

Berikut ulasan yang ditulis oleh sahabat kita, Ilham Mufti Laksono, mengenai jejak urang Banjar di Yogyakarta. Mudahan bisa menambah wawasan pembaca BeritaBanjarmasin.com.


SIAPA yang tidak kenal dengan Daerah Istimewa Yogyakarta, atau dikenal dengan nama Yogyakarta, atau lebih populer dengan sebutan Jogja? Daerah yang merupakan basis kebudayaan Jawa dengan memiliki dua kerajaan yang masih memiliki kekuatan politik sampai sekarang, yaitu Kesultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualamanan, ternyata memiliki penduduk dari berbagai suku bangsa.


Mereka yang berasal dari berbagai penjuru di Indonesia, bahkan mancanegara, datang ke daerah ini untuk berbagai tujuan, mulai dari kegiatan wisata sampai urusan studi. Memang daerah ini memiliki ketertarikan tersendiri dalam hal sejarah, kebudayaan, dan juga panorama alam.


Begitu pula, daerah ini juga merupakan wadah bagi kampus-kampus besar seperti Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), UIN Sunan Kalijaga, ISI Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Universitas Islam Indonesia (UII), Universitas Pembangunan Nasional (UPN) “Veteran” Yogyakarta, dan lain-lain.


Salah satu suku yang mendiami Daerah Istimewa Yogykarta adalah Suku Banjar. Menurut Sensus Penduduk yang dilakukan pada Badan Pusat Statitik pada tahun 2010, terdapat 2.545 jiwa Urang Banjar dari 3.457.491 jiwa atau sekitar 0,074% dari total penduduk Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan akan terus bertambah setiap tahunnya.


Meskipun persentase ini cukup sedikit, namun suku banjar memiliki pengaruh tersendiri bagi daerah ini. Awalnya, Suku Banjar datang sebagai pedagang intan dimana ada yang menetap di Yogyakarta, seperti daerah Kampung Ketandan yang tidak jauh dari Pasar Beringharjo. Sehari-hari mereka melakukan jual beli barang dagangannya.


Bahkan mereka juga membuka usaha penggosokan intan secara tradisional di sana. Pada tahun 1900-an, semakin banyak orang Banjar yang menetap di beberapa kampung di Yogyakarta, seperti di kampung Suryatmajan, Kauman, Tegalpanggung, Gembelaan, Cokrodirjan, Dagen, Susrodipuran, Brotokusuman, bahkan secara sporadis tersebar di berbagai kampung lainnya.


Di daerah Suryatmajan, masyarakat Banjar membangun sebuah Masjid yang bernama “Quwwatul Islam” pada tahun 1953 dimana asalnya merupakan Langgar pada tahun 1943 dengan izin pengelolaan lahan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan sejak tahun 2014 diadakan renovasi besar-besaran sehingga masjid menjadi lebih megah daripada sebelumnya. 


Kini, masyarakat Banjar ada di Yogyakarta menjalaini berbagai profesi, mulai dari pengusaha, pegawai negeri, pegawai swasta, dosen, mahasiswa, pelajar, dan lainnya, dimana mereka ada yang berkelompok dengan masyarakat Banjar lainnya dan ada pula yang berbaur dengan masyarakat Yogyakarta lainnya.


  
Masjid Quwwatul Islam dengan perpaduan arsitektur Jawa, Banjar, dan Arab. Di Yogyarakrta, muncul akademisi-akademisi dari orang Banjar di berbagai perguruan tinggi, seperti Prof Faruk Tripoli (Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya UGM), Prof Abdul Halim (Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM), Dr Fahmy Radhi (dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM yang merupakan orang Solo berdarah Banjar), Prof Ridwan Khairandy (Guru Besar Fakultas Hukum UII), Prof Noorhaidi Hasan (Guru Besar Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga), Dr Nopriadi Hermani (dosen Fakultas Teknik UGM), dan lain-lain.


Di daerah ini pula, banyak tokoh-tokoh Banjar yang pernah menimba ilmu di berbagai institusi di Yogyakarta, seperti Ir HM Said (Gubernur Kalsel 1984-1995, alumni Teknik Sipil UGM 1963), Drs H Gusti Hasan Aman (Gubernur Kalsel 1995-2000, alumni Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM tahun 1965), Saadillah Mursjid (Mensesneg RI 1998, alumni Ilmu Pendidikan UGM yang lulus pada tahun 1964),  Prof, Dr Ir H Gusti Muhammad Hatta, MS (Menteri Lingkungan Hidup RI 2009-2011, Menristek RI 2011-2014, dan Guru Besar Fakultas Kehutanan ULM, alumni Magister Sains bidang Silvikultur di UGM yang lulus pada tahun 1987), KH Hasan Basri (Ketua Umum MUI 1983-1900, alumni Sekolah Zu’ama Muhammadiyah Yogyakarta 1938-1941) dan lain-lain.


Bahkan Ir HM Said dan Drs H Gusti hasan Aman juga menjadi donator penataan taman di kawasan Auditorium Grha Sabha Pramana di UGM bersama para alumni UGM yang lainnya, termasuk dari Kalsel seperti yang tertera pada prasasti di sudut gedung Grha Sabha Pramana.


Prasasti yang terdapat di sudut gedung Grha Sabha Pramana UGM yang berisi nama-nama donator taman, di antaranya Ir HM Said dan Drs H Gusti Hasan Aman. Masyarakat Banjar di Yogyakarta membuat suatu Paguyban yang dinamakan “Kerukunan Keluarga Banjar” atau disingkat KKB, dimana namanya dulu adalah “Karukunan Kulawarga Banjar Yogya” atau KAKABAYO, yang dulunya didirikan oleh Bapak Husaini Majedi pada tahun 1960-an.

Untuk mahasiswa Kalimantan Selatan, khususnya Banjar di Yogyakarta, mereka membuat pagyuban mahasiswa yang dinamakan “Persatuan Mahasiswa Kalimatan Selatan” atau PMKS, dimana didirikan oleh tahun 1999 dan sekarang dikomandoi oleh Ahmad Rasyid Riadhi. Mereka sering mengadakan berbagai kegiatan mulai dari pengajian, pelatihan kesenian banjar, pentas budaya Banjar, seminar, dan lain-lain.


Bahkan diantara pengajian yang mereka adakan, juga diisi oleh salah satu Ustadz yang juga orang Banjar perantuan yang bernama Ustadz Rahmad Ramadhana Al-Banjari. Beliau juga sering mengisi pengajian  di kawasan Seturan dan menulis buku yang berjudul “Quantum Asmaul Husna”.


Mahasiswa asal kabupaten/kota di Kalimantan Selatan juga membuat paguyubannya, diantaranya “Keluarga Mahasiswa Barito Kuala”,  “Keluarga Mahasiswa Hulu Sungai Utara” atau KM HSU, “Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Tapin atau KPMT, “Keluarga Mahasiswa Hulu Sungai Tengah” atau KM HST, ‘Keluarga Mahasiswa Kabupaten Banjar Yogyakarta” atau KMKBY, “Ikatan Mahasiswa Tanah Bumbu” atau IKMA Tanbu, “Keluarga Mahasiswa Balangan” atau KM Balangan, “Ikatan Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Banjarmasin” atau IKPM Banjarmasin, “Keluarga Mahasiswa Hulu Sungai Selatan” atau KM HSS, “Himpunan Pelajar dan Mahasiswa Tabalong” atau HPMT, HMSKK Sa-Ijaan dari Kotabaru, dan “Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Banjarbaru” atau IPMABA.


Mahasiswa Kalimantan Selatan di UGM juga membuat suatu paguyuban yang dinamakan “GAMA Kalsel” yang sejak tiga tahun terakhir ini mengadakan simulasi SBMPTN atau sering disebut “SIMULTAN”, bersama dengan paguyuban mahasiswa daerah lainnya di UGM dan serentak di berbagai wilayah di Indonesia.

Salah satu kegiatan budaya yang diikuti oleh mahasiswa Kalimantan Selatan


Di Yogyakarta sendiri, terdapat beberapa asrama yang dikelola oleh pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, yaitu Asrama Pangeran Antasari di Samirono Baru, Asrama Lambung Mangkurat di Jalan AM Sangaji, Asrama Pangeran Hidayatullah di Jalan Krasak, Kotabaru. Selain itu, beberapa pemerintah kabupaten/kota di Kalimantan Selatan juga membangun asrama mahasiswa seperti Asrama Candi Agung untuk mahasiswa dari Kabupaten HSU, Asrama Hantarukung untuk mahasiswa Kabupaten HSS, Asrama Galuh untuk mahasiswi dari Kota Banjarmasin, Asrama Sa-Ijaan untuk mahasiswa dari Kabupaten Kotabaru, Asrama Balangan, dan lain-lain. Pemerintah provinsi juga membangun sebuah gedung pertemuan yang bernama “Pangeran Antasari” yang lokasinya persis di seberang asrama Pangeran Antasari di Samirono Baru.

Salah satu Asrama Mahasiswa Kalimantan Selatan yang ada di Yogyakarta

Gedung Pertemuan Pangeran Antasari


 Yogyakarta berfoto bersama Walikota Banjarmasin, Bapak H. Ibnu Sina beserta isteri di sela kunjungan beliau ke Asrama Putri “Galuh” milik Pemko Banjarmasin di Yogyakarta pada tahun 2016.


Beberapa warga Banjar juga membangun rumah makan Banjar yang menyajikan berbagai kuliner khas Banjar, diantaranya Kindai di kawasan Gejayan, Queen di Jalan Kaliurang, Warung Kayuh Baimbai di kawasan Perumnas Condongcatur, dan lain-lain. Selain dikunjungi warga Banjar, rumah makan ini juga dikunjungi oleh berbagai kalangan, termasuk mahasiswa. Menunya pun beragam, mulai dari Soto Banjar, Nasi Kuning Banjar, sampai Bingka yang merupakan “wadai” khas Banjar. 

Sumber:
Na’im, A. dan H. Syaputra. 2011. Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-Hari Penduduk Indonesia: Hasil Sensus Penduduk 2010. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
Nawawi, R. 2010. Perihal Komunitas Orang Banjar di Yogyakarta. http://ramlinawawiutun.blogspot.com/2010/03/makalah-kongres-budaya-banjar-ii.html (Diakses pada 12 Januari 2019) 

Posting Komentar

favourite category

...
test section describtion

Whatsapp Button works on Mobile Device only

close
pop up banner