GMNI Banjarmasin Persoalkan Razia Buku | Berita Banjarmasin | Situs Berita Data & Referensi Warga Banjarmasin

Jumat, 11 Januari 2019

GMNI Banjarmasin Persoalkan Razia Buku

BERITABANJARMASIN.COM - Indonesia krisis membaca. Survei 2012 lalu, dari 1.000 orang Indonesia, hanya satu orang yang rutin membaca buku. Tak heran berdasarkan data Programme for International Student Assessment (PISA), Indonesia berada di peringkat 64 dari 72 negara yang rutin membaca. Bahkan, menurut The World Most Literate Nation Study, Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 negara. Hal tersebut luput dari perhatian banyak orang akibat bias isu politik jelang Pilpres dan Pileg 2019.

Kondisi ini juga ditambah dengan razia buku. Ya, razia terakhir terjadi di sebuah toko buku di Padang, Sumatera Barat yang melibatkan aparat gabungan. Dilansir dari BBC Indonesia, aparat menyita enam eksemplar dari tiga buku yang disinyalir isinya mengandung paham komunisme dalam razia, Selasa (8/1/2019).


Kadispen TNI Angkatan Darat Brigjen Candra Wijaya mengungkapkan alasan dibalik aksi razia ini adalah larangan ajaran komunisme yang berlaku berdasarkan peraturan 1966. "Alasannya yang pertama adalah penyebaran ajaran komunisme ini masih dilarang karena ada TAP MPRS Nomor XXV tahun 1966, rujukannya itu," ujar Candra, Kamis (9/1/2019).


Hal tersebut mengundang reaksi dari kader Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia (GMNI) Banjarmasin yang tak sependapat dengan tindakan aparat atas tindakan penyitaan buku yang dilakukan di kawasan pecinan pondok, Padang.


"Pemberangusan buku menunjukan bukti nyata dangkalnya literasi kita yang mengakibatkan kurangnya pemahaman," ujar M Luthfi Rahman Wakil Ketua Bidang Politik dan Hukum GMNI Banjarmasin kepada BeritaBanjarmasin.com, Jumat (11/1/2019).


Mahasiswa Fakultas hukum ULM ini juga, mengatakan razia tersebut terkesan berlebihan karena menutup kebebasan berekspresi dan berpikir.


Hal senada disampaikan oleh M Ridho AG, ia menyesalkan sikap pemerintah dan aparat yang melakukan penggembosan terhadap jendela intelektual masyarakat. "Semoga tidak terjadi di Kota Banjarmasin," ungkapnya.


Masih menurutnya, lelaki 25 tahun yang pernah mengikuti program pertukaran ke India ini menyampaikan sulit mencari sumber literasi, dan ketika ada sikap pemerintah yang main razia akan menjauhkan masyarakat dari peradaban. (ayo/sip)

Posting Komentar

favourite category

...
test section describtion

Whatsapp Button works on Mobile Device only

close
pop up banner