INDEPTH NEWS: Harapan di Balik Bus "Tayo" BRT Banjarmasin | Berita Banjarmasin | Situs Berita Data & Referensi Warga Banjarmasin

Selasa, 18 Februari 2020

INDEPTH NEWS: Harapan di Balik Bus "Tayo" BRT Banjarmasin

BUS RAPID TRANSIT (BRT) Banjarmasin diharapkan menjadi solusi transportasi massal di kota seribu sungai. Selain itu, diharapkan pula menjadi sebuah solusi peremajaan angkutan kota saat ini. Hal ini juga sudah diterapkan di kota-kota besar lain di Indonesia.

Berdasarkan data dari Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) Bus Rapid Transit (BRT) adalah sistem transit berbasis bus berkualitas tinggi yang menyediakan layanan yang cepat, nyaman, serta memiliki kapasitas angkut yang besar. Karena BRT memiliki fitur yang mirip dengan sistem kereta ringan atau metro, BRT jauh lebih dapat diandalkan daripada layanan bus biasa. 

BRT Banjarmasin dan para driver
Hal ini dilakukan melalui penyediaan jalur khusus dan halte yang biasanya berada di median jalan, pembayaran tiket off-board , serta frekuensi dan kecepatan bus yang tinggi. Dengan fitur yang tepat, sistem BRT dapat menjadi solusi dari kekurangan layanan bus reguler seperti, kesulitan dalam kemacetan, menganggu lalu lintas dengan menaikturunkan penumpang di sisi jalan, dan mengganti pendapatan dari tiket on-board.

Resmi Diluncurkan

Wali Kota Banjarmasin, Ibnu Sina baru saja melaunching enam Bus Rapit Transit (BRT) Banjarmasin, beserta 18 drivernya di halaman gedung PDAM Bandarmasih, Senin (17/2/2020). BRT Banjarmasin memang sudah lama direncanakan, bahkan sejak tahun lalu gaungnya sudah terdengar.
Sebenarnya Banjarmasin memerlukan 90 unit bus dengan 13 koridor untuk wilayah Banjarmasin. Namun hal itu agak sulit dilakukan. Mengingat anggaran APBD Kota Banjarmasin terbatas dan dikhawatirkan akan kesulitan untuk mencari investor, serta penyertaan modal pada pengadaan bus tersebut.

Adanya BRT, sesuai dengan arahan pemeritah pusat. Ada empat hal yang bisa mengurangi kemacetan di kota besar. Selain dengan sistem satu arah (SSA) juga dengan pengadaan BRT. BRT Banjarmasin juga akan dipasang GPS agar bisa diakses secara online.

Setelah berhasil merekrut 18 orang sopir, Bus Rapid Transit (BRT), rencananya Juni 2020 akan ada enam lagi BRT yang datang. Penambahan BRT akan bertahap hingga di akhir 2020 nanti diharapkan bisa menjadi 20 unit.

Dari 12 unit BRT hanya melayani dua dari 11 koridor, karena sisanya akan diserahkan ke masyarakat yang ingin berinvestasi. Selain itu, untuk driver sendiri sebagian berasal dari sopir angkot dengan mendapatkan honor Rp1,6 juta per bulan. 

Kadishub Banjarmasin, Ichwan Noor Chalik
Kepala Dishub Kota Banjarmasin, Ichwan Nor Chalik mengatakan di 2020 ini manargetkan pengadaan bus hingga 30 unit. "Saat ini sudah ada enam BRT yang telah disediakan," ujarnya. 

Ichwan menegaskan keberadaan bus tersebut tidak bermaksud membuat para sopir angkot yang lama susah. Dikarenakan perencanaan peremajaan angkutan umum sudah dilakukan sejak 15 tahun lalu. 
"Tidak ingin merugikan siapa pun, hanya ingin memberikan fasilitas terhadap masyarakat," tegasnya. 
Bantu Transportasi Warga, Layani Dua Koridor


Wali Kota Banjarmasin, Ibnu Sina menyampaikan, dengan dilaunchingnya bus tersebut diharapkan bisa membantu lini transportasi masyarakat Kota Baiman. Orang nomor satu di Kota Baiman itu juga mengatakan, angkutan berwarna hijau tersebut, merupakan salah satu upaya Pemkot Banjarmasin dalam memberikan kenyamanan bagi warganya yang ingin bepergian. "Semoga bisa bermanfaat bagi warga Banjarmasin," harapnya. 
BRT Banjarmasin sementara ini melayani dua koridor. Untuk koridor satu, dengan rute mulai Jalan A Yani KM6, Jalan Pramuka, Jalan Veteran, Jalan Gatot Subroto, Jalan A Yani, serta Jalan Pangeran Antasari.
Kemudian untuk koridor dua, mengambil rute Jalan Pangeran Antasari, Jalan Pangeran Samudera, Jalan Lambung Mangkurat, Nol kilometer Jalan Jendral Sudirman, Jalan Keramaian, Jalan Tarakan, Jalan S Parman, dan Jalan Hasan Basry di Banjarmasin Utara. 
Mengapa hanya baru dua koridor? Ternyata ini untuk memancing investor. Agar 11 koridor sisanya bisa masuk dari investor.

Mengurangi Penggunaan Kendaraan Pribadi

Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) dalam kajiannya menyebutkan, tingginya tingkat kendaraan pribadi dan rendahnya pengguna transportasi umum, khusus di perkotaan, menjadi masalah yang lebih penting untuk disetujui.

Sehingga sudah menjadi prioritas bagi pemerintah kota untuk menyediakan transportasi massal yang layak bagi penerima bantuan sosial dan ekonomi . Konsensus yang muncul dalam mengatasi masalah transportasi dan mobilitas di perkotaan dengan cara mereformasi sistem transportasi publik dan membangun sistem transportasi massal . Sistem transportasi massal seperti Bus Rapid Transit (BRT), Light Rail Transit (LRT), dan Mass Rapid Transit (MRT) muncul sebagai solusi untuk meningkatkan mobilitas masyarakat di kawasan perkotaan.

Menurut ITDP menyediakan transportasi massal tidak perlu harus menunggu di kota berstatus metropolitan atau memiliki populasi di atas 2-3 juta jiwa. Kota yang memiliki populasi di atas 500.000 jiwa, harus segera memetakan sistem transit yang dapat diimplementasikan dengan segera. Sistem transit yang berbasis rel setiap jalan. 
Trans Milenio di Bogota (Sumber: ITDP China)
Sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti dari Universitas Teknik Denmark menunjukkan, sistem transportasi berbasis jalan (BRT) dapat diimplementasikan dengan jangka waktu yang lebih cepat dengan biaya yang jauh lebih rendah sehingga menghasilkan efek yang lebih besar dengan sistem transit berbasis rel.

Sistem BRT juga memiliki jangka waktu pembangunan dan implementasi yang lebih pendek dibandingkan dengan sistem berbasis rel, karena sistem BRT minim pembangunan infrastruktur baru yang akan menghemat waktu dan biaya yang lebih besar. Hal ini adalah yang paling penting bagi penggunanya. Selain itu, pembangunan BRT yang juga minim proses pembebasan lahan membuat sistem BRT dapat membantu dan melayani masyarakat lebih cepat.

Keuntungan lain sistem. Sistem BRT dapat mendukung area-area perkotaan yang tidak dapat didukung oleh sistem rel karena kekakuan infrastruktur. Jika pengurus kota benar-benar menggerakkan perhatian dan prioritasnya dalam mengembangkan layanan BRT dengan desain berkapasitas besar serta meluas, bukan hal yang berkepentingan meningkatkan pengangkutan angkut dari sistem, BRT dapat menyamai atau bahkan meningkatkan daya angkut LRT.

Hingga saat ini, sudah ada lebih dari 140 kota di berbagai belahan dunia yang telah menyetujui sistem BRT untuk membantu memfasilitasi mobilitas, mengurangi jumlah kendaraan transportasi dan kemacetan, serta mengurangi emisi yang dihasilkan oleh transportasi transportasi. Di Indonesia sendiri, selain Transjakarta sudah muncul sistem bibit BRT di kota-kota lain, salah satunya di Semarang dengan Trans Semarang dan BRT Banjarmasin. 

Posting Komentar

favourite category

...
test section describtion

Whatsapp Button works on Mobile Device only

close
pop up banner