INDEPTH NEWS: Wisata Halal di Banjarmasin, Samakah dengan Wisata Religi? | Berita Banjarmasin | Situs Berita Data & Referensi Warga Banjarmasin

Rabu, 15 Januari 2020

INDEPTH NEWS: Wisata Halal di Banjarmasin, Samakah dengan Wisata Religi?

Pemkot Banjarmasin terus mengembangkan potensi pariwisata, salah satunya wisata halal. Bakal ada perda yang digodok sebagai payung hukum untuk menunjang hal ini. Wali Kota Banjarmasin, Ibnu Sina menuturkan dari empat rancangan peraturan daerah Kota Banjarmasin, semuanya terkait pariwisata. Lalu bagaimana sebenarnya konsep wisata halal ini, apakah sama dengan wisata religi?

Apa Itu Wisata Halal?

Mengutip pernyataan dari Pakar Pariwisata Universitas Andalas, Sari Lenggogeni di Republika, wisata halal merupakan adopsi dari negara- negara non Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang melihat potensi besar dari pertumbuhan muslim di seluruh dunia. Wisata halal diciptakan untuk mewadahi kebutuhan beribadah bagi para muslim di negara- negara non OKI, seperti penyediaan tempat ibadah (mushola) dan restoran halal.

Tetapi menurutnya hal ini kemudian menjadi misintepretasi ketika Kementerian Pariwisata mengadopsi wisata halal, karena diciptakan di negara yang mayoritas muslim seperti Indonesia. Karena mayoritas muslim jadi masyarakat berpikir semuanya sudah pasti halal dan wisata halal sama seperti wisata religi. Padahal sebenarnya tidak seperti itu.

Sari menjelaskan ada tiga jenis wisata religi. Pertama, wisata dengan tujuan beribadah (pilgrim) seperti haji dan umroh. Kedua, wisata bersifat islami contohnya berwisata ke Turki untuk melihat sejarah kebudayaan Islam usai melakukan ibadah umroh. Ketiga, wisata halal yakni pemenuhan ibadah muslim saat mereka berwisata seperti mushola dan restoran halal.

Berdasarkan data dari laman Bisnis.com, wisata halal sudah menjadi tren global. Tren ini terjadi karena peningkatan jumlah wisatawan muslim yang melakukan perjalanan wisata di dunia. Setidaknya 170 juta wisawatan muslim berkelana di berbagai destinasi wisata di dunia.



Indonesia saat ini masih menggaet sedikit wisatawan mancanegara muslim yakni 3,6 juta orang, dibandingkan dengan Thailand yang berhasil menggaet 6 juta orang, Malaysia 5 juta, dan Singapura 4 juta orang.
Kekalahan pariwisata Indonesia untuk menarik para wisman muslim terjadi karena kurangnya fasilitas yang ramah bagi wisatawan muslim. Padahal Indonesia adalah negara dengan penduduk Islam terbesar.



Wisata halal bukan berarti mengubah suatu kawasan sesuai syariat Islam, melainkan destinasi tersebut memiliki fasilitas atau pelayanan yang ramah bagi wisatawan muslim.
Banjarmasin Ingin Tiru Korea 

Wali Kota Banjarmasin menuturkan, para wisatawan muslim dari mancanegara yang datang ke Banjarmasin memerlukan destinasi kuliner yang terjamin kehalalannya. Ia mencontohkan di Korea Selatan, yang gencar menyajikan wisata halal. Menurutnya, Korea Selatan bukan mayoritas muslim namun menjadi kiblat wisata halal, yang dikembangkan untuk menarik wisatawan.


Tidak hanya dari wisatawan muslim namun juga non muslim pun bisa menikmatinya. Seperti Kota Lombok ditetapkan secara nasional menjadi kawasan wisata halal. "Kota Banjarmasin kita akan coba kedepankan wisata halal ini," jelasnya.

Sementara itu, mengenai raperda yang akan menunjang wisata halal ini, ia meminta dewan melakukan review peraturan daerah yang relevan dan tidak relevan terutama peraturan yang tumpang tindih dengan aturan lain. "Untuk menyederhanakan peraturan yang banyak sudah dilakukan kajian di pusat," sebut dia.

Di Indonesia sendiri, seperti Bali telah menerapkan wisata halal bagi turis muslim yang bertandang ke daerahnya. Konsep ini meliputi tiga bagian yakni kuliner, penginapan dan tempat ibadah. 


Tentunya dengan adanya pariwisata halal di kota seribu sungai akan berdampak pada kemajuan dan pembangunan daerah ini. Seperti kita ketahui bersama Kota Banjarmasin adalah mayoritas muslim dengan adanya konsep halal yang akan diterapkan nantinya dapat saling mendukung wisata lainnya untuk meningkatkan pendapatan daerah khususnya dalam sektor perekonomian.


Lalu bagaimanakah tanggapan warga Banjarmasin? Mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Noer Oeswatun Ramadhani mendukung dengan pariwisata berbasis halal. Dirinya mengungkapkan jika hal tersebut terealisasi oleh Pemerintah Kota Banjarmasin akan dapat menambah wajah baru dalam lingkup penduduk Mayoritas muslim ini.  "Sangat bagus menurut saya, dapat menambah nyaman destinasi wisata yang ada. Apalagi dengan pengelolaan yang baik," terangnya.


Potensi Banjarmasin Terapkan Wisata Halal


Beberapa waktu lalu pemikiran mengenai penerapan wisata halal di Banjarmasin pernah pula dilontarkan oleh akademisi dari Politeknik Banjarmasin (Poliban), Mochammad Arif Budiman. Dalam jurnal yang ditulisnya, ia memaparkan bahwa Provinsi Kalimantan Selatan tidak termasuk dalam daftar provinsi yang akan dikembangkan menjadi kawasan wisata halal di Indonesia pada 2018.


Menurutnya Banjarmasin sangat cocok untuk penerapan konsep wisata halal karena dianugerahi dengan budaya, religiusitas, wisata alam, sejarah, serta wisata belanja dan kuliner yang menarik. Semua ini memberikan peluang besar untuk menarik pengunjung domestik maupun luar negeri.


Oleh karena itu pariwisata di Banjarmasin cukup menjanjikan. Sejumlah upaya strategis dan teknis diperlukan untuk semakin meningkatkan akses, komunikasi, lingkungan, dan layanan dari industri halal ini. Semua pemangku kepentingan dari pemerintah, operator bisnis dan pemilik serta masyarakat luas perlu bekerja sama untuk memberikan layanan yang lebih baik dan untuk menawarkan pengalaman tak terlupakan bagi mereka yang mengunjungi kota ini. 


Pemerintah dirasanya perlu memperkuat regulasi dan menyediakan program pendukung dan fasilitas yang dapat mengelola dan mendorong dengan lebih baik konsep wisat halal untuk tumbuh. Operator bisnis dan pemilik bisnis juga perlumeningkatkan kapasitas bisnis mereka dan memberikan layanan memuaskan kepada pengunjung.


Promosi pariwisata halal di Banjarmasin dirasanya perlu dilakukan ditingkatkan menggunakan segala cara dan media. Promosi untuk wisatawan mancanegara juga perlu diintensifkan. Sementara itu, tidak seperti kota-kota lain di Indonesia seperti Yogyakarta dan Denpasar di mana banyak pemain industri pariwisata telah menjadi terbiasa dengan bahasa asing, terutama bahasa Inggris, Banjarmasin membutuhkan lebih banyak penerjemah dan pemandu wisata. 


Pemandu perlu dipersiapkan di berbagai tujuan wisata untuk membantu pengunjung dalam perjalanan mereka di kota ini. Kalau perlu Banjarmasin juga bisa mempromosikan diri dan mengembangkan konsep kota sebagai

tujuan wisata halal favorit di Indonesia. Analisisnya dilakukan dengan merujuk pada GMTI 2018 sebagai referensi untuk standardisasi industri pariwisata halal di Indonesia.

Makanan halal dengan berbagai menu dapat ditemukan sangat mudah di Banjarmasin karena mayoritas pelayanan wisata penyedia dan penduduk Banjarmasin adalah Muslim. Kuliner halal juga tersedia untuk wisatawan di Bandara Syamsuddin Noor


Namun, kurangnya restoran dan penyedia makanan memiliki sertifikat halal dari MUI masih merupakan tantangan besar bagi kota ini. Kesadaran masyarakat tentang urgensi halal sertifikasi masih perlu ditingkatkan. 


Selain itu, semua restoran dan kedai makanan harus menyediakan daftar menu

harga mereka untuk kemudahan bagi wisatawan. Tempat ibadah untuk
Pengunjung Muslim di Banjarmasin tidak sulit diperoleh karena ada banyak masjid dan masjid kecil (langgar) di berbagai tempat. 

Tempat bersih untuk wudhu juga tersedia cukup. Namun, toilet terpisah untuk pria dan wanita masih belum banyak tersedia di sebagian besar tujuan wisata. (maya/sip)


Posting Komentar

favourite category

...
test section describtion

Whatsapp Button works on Mobile Device only

close
pop up banner