Indepth News: Melacak Lokus Digitalisasi Literasi Kalsel | Berita Banjarmasin | Situs Berita Data & Referensi Warga Banjarmasin

Sabtu, 12 Januari 2019

Indepth News: Melacak Lokus Digitalisasi Literasi Kalsel

BeritaBanjarmasin.com - Hari ini kita melihat dalam ruang-ruang diskusi, perbincangan mengenai literasi cukup memperlihatkan gejala positif dan negatif. Perbincangan di sini tentu saja jangan disamakan dengan era sebelum reformasi. Saat ini ruang percakapan grup linimassa di dunia maya pun, mampu menciptakan diskusi. Diskursus mengenai keberaksaraan ini, memang kurang menggairahkan, jika dihadapkan pada budaya baca masyarakat Indonesia, termasuk Kalsel di dalamnya. Namun ada sebuah tanda menggembirakan, yang mulai menggejala. Semangat literasi perlahan mulai menggeliat, dalam rupa berbeda: melalui jalur digitalisasi.



Lokus-lokus yang menjadi trigger dalam geliat literasi era baru ini, setidaknya bisa kita lihat secara sadar. Melalui kanal-kanal digital, kini perpustakaan, buku, hingga gaya tulisan jurnalistik memperlihatkan pencerahan. Ada pergeseran dari pengaruh budaya populer (budaya pop) menuju kedewasaan dalam literasi-- meski dalam jumlah kecil-- namun jelas ini bisa menjadi pemantik dalam perkembangan literasi kita. Terutama jika kita tarik ke Bumi Sultan Suriansyah, Kalimantan Selatan.


John Storey, dalam bukunya Cultural Theory and Popular Culture, menekankan bahwa budaya populer muncul dari urbanisasi akibat revolusi industri, yang mengindentifikasi istilah umum dengan definisi "budaya massa"


Era digitalisasi menciptakan gaya personal yang berbeda dari sebelumnya, masyarakat jadi lekat dengan perangkat digital. Dampaknya, sebagian mulai malas menjamah lini-lini sosial dalam realita fisik. Begitu juga dengan semangat literasi ini. Tetapi, kita tidak bisa terus "mengutuki" zaman. Lebih cerdik, jika kita menumpangi perubahan ini, menciptakan sesuatu yang positif. Kita harus mengarahkan perubahan ke sebuah muara yang baik, seperti mengarahkan digitalisasi menjadi alat perbaikan semangat literasi di Banua.


MARI KITA LIHAT KUNJUNGAN KE PERPUSTAKAAN NON DIGITAL

Lembar demi lembar halaman buku dibuka. Lantai papan kayu yang hangat, terasa nyaman di kaki. Menyenangkan, berada di antara belasan ribu buku, membaui aroma kertas yang khas. Perpustakaan Umum Kota Banjarmasin dengan bangunan kayu tempo dulu ini ternyata mengalami peningkatan kunjungan hingga nyaris 200 persen selama tahun 2018.


Dikelola oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip Kota Banjarmasin, kepada BeritaBanjarmasin.com, pengelola perpustakaan, Ratna Nirmalawati menyebutkan data, bahwa tahun lalu, total kunjungan yang mereka catat melalui buku pengunjung menunjukkan angka 3.196 kunjungan.


Angka ini cukup menggembirakan. Mengingat pada 2017 lalu total kunjungan hanya mencapai angka 1.138 saja. Dari sini bisa kita simpulkan, terjadi kenaikan hingga 2030 kunjungan di 2018. Jumlah ini diharapkan meningkat di 2019. Dengan letak perpustakaan yang dekat dengan kawasan wisata tepian sungai, Siring Menara Pandang, Jalan Piere Tendean, dianggap strategis menarik pengunjung.


Selain itu, juga sebagai upaya meningkatkan semangat literasi, budaya membaca warga Banjarmasin. Kita mungkin sudah mafhum, dan menyadari bahwa, tingkat semangat membaca warga kita masih rendah.


"(Kalau dilihat) dalam angka, jumlah kunjungan di 2018 mencapai 2.030 kunjungan. Di sini beragam buku ada, mulai dari buku agama, anak-anak, hingga materi pendidikan," jelas Ratna Nirmalawati, Kamis (2/1/2019).


Setiap bulan, urainya, rata-rata ada sekitar 266 kunjungan di Perpustakaan Umum Kota Banjarmasin.


Selain sebagai tempat membaca buku, Perpustakaan Umum Kota Banjarmasin ternyata juga menyimpan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI). Sebagai bukti sejarah terdahulu yang sebagian replika dokumen dicetak dalam bentuk poster besar dan ditempel di dinding perpustakaan.


Seperti dokumen surat dari Sultan Kesultanan Banjar, Sultan Adam Al Wasik kepada Komisaris Jenderal Gerard Philip Baron van Der Capellen, tentang adanya permufakatan dengan rakyat Banjar kala itu, mengenai pengangkatan Sultan Adam sebagai pengganti Sultan Sulaiman. Dokumen itu ditulis menggunakan huruf Arab Melayu dengan cukup rapi.


Selain itu juga ada dokumen dengan tahun 1904, bergambar jarum kompas, Besluit Nomor 6, tentang perbaikan arah kiblat sebuah masjid. Dokumen masih ditulis sebagian dengan tulisan tangan berbahasa Belanda.


Di perpustakaan ini kami juga bertemu dengan Ina. Gadis ini adalah mahasiswa FKIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM). Sambil berkenalan dan berbincang, kami menanyakan, kenapa Ina berkunjung. Spontan saja, Ina menjawab, sedang mengerjakan skripsi. Suasana yang nyaman dan rileks sangat penting agar skripsi cepat rampung. Maka perpustakaan menurutnya yang paling enak. "Enak di sini, fasilitasnya lengkap dan nyaman buat mengerjakan skripsi," tutur Ina.


Sebagai informasi, jumlah buku di Perpustakaan Umum Kota Banjarmasin sekitar 15.000 judul buku loh. Wajar saja, jika banyak mahasiswa senang datang ke sini. Sekalian melengkapi bahan skripsi, dan bonus tambahan, bisa jalan-jalan menikmati kawasan tepian sungai di Siring Menara Pandang.


Sebuah pepatah Arab pernah mengatakan, "sebaik-baik teman sepanjang zaman adalah buku."  Bahkan dalam kitab suci umat Islam, terdapat sebuah ayat yang disampaikan oleh Tuhan dengan indah, dalam surah Al Alaq, ayat 1-5, yang artinya;

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari ‘Alaq. Bacalah, dan Tuhanmu-lah yang paling Pemurah. Yang mengajar manusia dengan pena. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya.”

RUPA BARU PERPUSTAKAAN KALSEL

Jika kita ke suatu tempat pasti yang kita inginkan adalah susana yang nyaman dengan fasilitas yang menunjang. Media pembelajaran pun dibutuhkan untuk pembelajaran bagi generasi kalangan muda dan anak-anak.

Kemarin (9/1/2019) BeritaBanjarmasin.com mencoba mengunjungi Perpustakaan Umum Kalsel. Di sini kita akan mendapakan suasana yang nyaman serta fasitas tambahan seperti permainan anak dan berbagai macam koleksi buku serta tempat yang nyaman untuk bersantai.


Di lantai bawah bangunan ini khusus untuk layanan anak. Berbagai macam permainan serta berbagai bahan bacaan untuk anak anak dikoleksi di sini. Yang makin membuat mereka betah berkunjung ke tempat ini adalah interior ruangan yang dibuat semenarik mungkin dengan tambahan furniture dan aksesoris dengan warna senada.

Saat kita memasuki ruangan lantai dua bangunan ini terdapat layanan yang mana kita bisa melihat serta membaca buku deposit dan buku referensi dari berbagai sumber.


Di lantai tiga fasilitas yang ada terlihat begitu mewah dengan desain interior berkelas dan cat tembok berwarna nude, bangunan ini terlihat modern dengan banyaknya furniture yang berdesain elegan untuk bersantai para pengunjung. Bangunan ini terlihat lebih luas dengan tambahan tempat di dalamnya. Di sini juga tersedia wifi serta beberapa perangkat komputer. Kita bisa juga mencari buku yang kita inginkan melalui sistem komputer yang disediakan.

Kepada BeritaBanjarmasin.com Husnul selaku petugas perpustakaan di lantai tiga menuturkan perpustakaan ini terbagi menjadi beberapa layanan. Di lantai ini merupakan layanan umum. Kita bisa meminjam buku yang kita butuhkan maksimal dua buku dengan waktu pinjam selama dua minggu. 


Husnul juga mengatakan bahwa bangunan ini baru dibuka lagi pada tanggal 3 Januari 2019 setelah ditutup sementara untuk melakukan renovasi. "Jadi sebelum renovasi perpustakaan ini sangat ramai pengunjung mungkin karena banyak yang belum tahu perpustakaan ini sudah mulai dibuka kembali," tutupnya. 


DIGITALISASI LITERASI BANUA DIMULAI


Hingga soal buku dan lembar halaman kini juga tersentuh digitalisasi. Tercatat beberapa daerah di Kalsel seperti Kabupaten Banjar dan Hulu Sungai Selatan (HSS) telah memiliki aplikasi perpustakaan digital yang bisa diunduh perangkat berbasis Android dan iOs.

Bahkan Perpustakaan Umum Pemprov Kalsel pun kini juga memiliki aplikasi serupa. Agar mengikuti alur baru cara membaca buku zaman milenial. Seabrek buku dengan beragam judul kini bisa kita nikmati di layar telepon pintar. Tinggal klik, beragam buku bisa kita jelajahi.


Menurut penelusuran BeritaBanjarmasin.com, upaya untuk meningkatkan geliat literasi di Banua secara infrastruktur cukup baik. Namun jika kita hanya mengukur melalui statistik jumlah kunjungan ke perpustakaan, kita akan mendapatkan data yang bias. Mengingat tidak semua yang datang, membaca dan meminjam buku. Ada yang sekadar mencantol sinyal internet, hingga mengerjakan tugas akademik. Setidaknya usaha untuk menguatkan budaya membaca ini patut kita dukung dan hargai.


LAHIRNYA APLIKASI PERPUSTAKAAN DIGITAL DI KALSEL


Upaya menggaet pembaca generasi milenial bisa kita lacak dari upaya Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispersip) Kalsel, yang meluncurkan perpustakaan digital lewat aplikasi yang "ditasmiyahi" dengan nama i-Kalsel. Aplikasi ini diluncurkan pada Mei 2018.


Sebelumnya, Januari 2018, Pemkab Hulu Sungai Selatan (HSS) melalui Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (Perpusarsip) HSS meluncurkan aplikasi perpustakaan digital i-Hulusungaiselatan.


Kemudian pada Agustus 2018, inovasi ini diikuti oleh Kabupaten Banjar yang berjuluk kota serambi Mekkah. Kabupaten yang dipimpin seorang ulama ini meluncurkan aplikasi i-Martapura. Dengan fungsi yang sama seperti aplikasi i-Kalsel.


Aplikasi ini berisi koleksi buku digital yang bisa diunduh hanya dengan mendaftar lewat akun Facebook dan surat elektronik.


Perpustakaan Kota Banjarbaru ternyata juga mempunyai akses ke world wide web. Meski belum berbentuk aplikasi yang bisa diunduh perangkat dengan sistem Android dan iOs. Situs http://e-library.pustarda.banjarbarukota.go.id menyajikan katalog daring buku-buku di perpustakaan mereka.


APLIKASI I-KALSEL


Jika Perpustakaan Nasional RI meluncurkan aplikasi perpustakaan digital yang diberi nama iPusnas maka di Kalsel kita bisa mendapati aplikasi perpustakan digital dengan nama iKalsel yang dilaunching oleh Gubernur Kalsel tahun lalu.

Menurut penelusuran BeritaBanjarmasin.com, aplikasi ini bisa diunduh di Google Play Store pada telepon pintar berbasis Android. Hingga Kamis (10/1/2019), aplikasi ini mendapat respon cukup positif.


Meski baru diuduh oleh 500 pengguna Google Play Store, digital library ini meraih rating tinggi dengan nilai 4,6. Ini bagus, mengingat rating tertinggi ada di angka lima.


Saat kami coba mengunduh, aplikasi ini terbilang ringan terutama bagi pengguna gawai dengan memori kecil.


Aplikasi iKalsel memiliki fitur unggulan diantaranya koleksi yang berisi berbagai macam genre buku digital. Bahkan kita bisa bergabung menjadi anggota, serta melihat buku yang kita unduh lewat beberapa klik saja.


Termasuk pula informasi buku terbaru dan berbagai aktivitas lainnya, dan informasi rak buku. Semua riwayat peminjaman ada di dalamnya.


Komentar positif diberikan beberapa pengunduh. Seperti @isra_jiri memberikan ulasan "Terimakasih sudah mengembangkan perpustakaan Kalsel. terus tambah koleksinya terutama karya penulis dari Kalsel." Hal yang sama diulas juga oleh akun @sapniah "Mantap, Kalsel tambah maju. Buka jendela dunia," ujarnya dalam ulasan di Google Play Store.


Dari aplikasi ini kita juga bisa mengulas buku yang sudah kita unduh dan baca. Sehingga dapat memberikan gambaran bagi pengguna lainnya sebelum mengunduh sebuah buku. Bagi anda yang belum mengunduh, mungkin bisa mencoba. Membaca buku kini semakin mudah dan murah


IMBAS DARI LAHIRNYA iPUSNAS


Tingkat baca masyarakat Indonesia memang tergolong rendah, termasuk di Kalsel. Menurut hasil survei yang dilaksanaka UNESCO di 2012 lalu, tingkat baca masyarakat nusantara berada di angka 0,001 persen. Bisa dikatakan ini adalah perbandingan 1 : 1.000. Kalau ada seribu orang Indonesia, yang gemar baca: cuma satu!


Inilah yang kemudian menjadi salah satu semangat munculnya aplikasi iPusnas. Aplikasi yang digagas Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI ini adalah aplikasi perpustakaan digital berbasis perangkat mobile, atau juga sering dikenal e-mobile library.


POPULASI PENGGUNA INTERNET KALSEL


Survei dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), di 2017. Jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 143,26 juta. Di Kalimantan, jika menarik data dari APJII dalam coursehero.com (https://www.coursehero.com/file/p2n7ldf/Jumlah-Pengguna-Internet-berdasarkan-wilayah-di-Indonesia-186-Juta-520-Juta-42/) maka Kalsel memiliki pengguna internet sebanyak 1,4 juta di 2014, dan menjadi yang terbesar di Kalimantan dengan total 31 persen.


Hal ini jelas menunjukkan, penting kiranya memasuki dunia daring untuk meningkatkan semangat literasi di Banua. Di tengah gempuran budaya pop seperti "Socmed Addict" dan cepatnya hoax beredar. 


TARGETKAN KE GENERASI MILENIAL


Sebutan generasi milenial memang sering dibahas. Istilah ini sebenarnya diambil dari kata millennials yang "dicreate" oleh dua ahli sejarah  Amerika, yaitu William Strauss dan Neil Howe di bukunya.


Dilansir dari Republika.co.id, Desember 2016, awal 2016 penelitian Ericsson mengeluarkan 10 Tren Consumer Lab untuk memprediksi beragam keinginan konsumen. 


Laporan Ericsson lahir berdasarkan wawancara kepada 4.000 responden yang tersebar di 24 negara dunia. Dari 10 tren tersebut beberapa di antaranya, adalah adanya perhatian khusus terhadap  perilaku generasi milenial. 


Dalam laporan tersebut Ericsson mencatat, produk teknologi akan mengikuti gaya hidup masyarakat milenial. Sebab, pergeseran perilaku turut berubah beriringan dengan teknologi. "Produk teknologi baru akan muncul sebagai akomodasi perubahan teknologi," ujar Presiden Director Ericsson Indonesia Thomas Jul.


RESUME ANALISA


Oleh karenanya melihat populasi pengguna internet di Kalsel yang kian laju bertambah, serta  trend generasi milenial yang mendominasi pengguna internet, sudah seharusnya perpustakaan dibentuk sedemikian rupa agar berkoneksi dengan jaringan daring. Agar traffic pembaca meningkat. Oleh karenanya, kita tentu mafhum tingkat dan selera membaca masyarakat Kalsel masih rendah. Namun tanpa ada usaha memperbaiki jelas tidak ada kemajuan. Kaidah fikih dalam Teologi Islam pernah berkata, Jika kita tidak mampu mengerjakan sebagian, tetap jangan tinggalkan seluruhnya.


Jika tak mampu mengubah tingkat baca masyarakat seluruhnya, setidaknya kita bisa mengambil peluang dari tren generasi milenial dan kemudahan teknologi world wide web. 

-------------------

*Laporan indepth news oleh jurnalis BeritaBanjarmasin.com, Maya. 

Posting Komentar

favourite category

...
test section describtion

Whatsapp Button works on Mobile Device only

close
pop up banner