Taujih Pagi: Ikhtiar Perlu Serius | Berita Banjarmasin | Situs Berita Data & Referensi Warga Banjarmasin

Senin, 09 Maret 2015

Taujih Pagi: Ikhtiar Perlu Serius

BANUAONLINE.COM - Alhamdulillah. Segala puji hanya milik Allah Swt. Semoga Allah Yang Maha Kaya mengkaruniakan kepada kita kesungguhan untuk memberikan yang terbaik dalam setiap ibadah kita. Shalawat dan salam semoga selalu terlimpahkan kepada Rasulullah Saw.

Allah Swt. berfirman, “Dan, orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al Ankabut [29] : 69).



Saudaraku, banyak sekali urusan dunia ini yang seolah nampak berat untuk dilakukan sehingga manusia enggan menyanggupinya. Padahal yang sebenarnya terjadi hanyalah tentang mau bersungguh-sungguh atau tidak. Karena banyak sekali yang nampak berat tercapai, rupanya bisa tercapai karena kesungguhan.

Contohnya shalat Tahajud. Mengapa shalat ini seolah hal yang berat sekal untuk dilakukan? Bangun di malam hari saat orang lain tidur nyenyak, mengambil air wudlu lalu mendirikan shalat. Membayangkannya sudah terasa berat. Yang terjadi sebenarnya bukan Tahajudnya yang berat, melainkan karena tidak adanya kesungguhan untuk menunaikannya.

Jika kita sungguh-sungguh, maka Tahajud akan terasa ringan saja dilakukan. Tahajud akan berat dilakukan jika hanya rencana yang diucapkan saja. Namun, dengan izin Allah kita akan mudah terbangun di malam hari dan Tahajud akan mudah dilakukan jika rencana itu tidak hanya diucapkan, tapi juga diniatkan dalam hati dengan penuh keseriusan.

Allah Swt. berfirman, “Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi, dan mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu nyatakan. Dan, Allah Maha Mengetahui segala isi hati.” (QS. At Thaghabun [64] : 4).

Orang yang memiliki kesungguhan niat untuk menunaikan Tahajud, ia pasti akan mudah terbangun di malam hari dengan sebab apa saja. Dan, itu terjadi atas izin Allah, karena Allah mengetahui isi hatinya, Allah mengetahui kesungguhan niatnya. Allah memudahkan jalan untuknya.

Saudaraku, mari kita perhatikan, orang-orang yang melakukan kejahatan korupsi saja misalnya. Mereka menyusun rencana dengan sangat rapi. Kemudian, melakukan setahap demi setahap rencana itu demi tercapainya maksud mereka. Jika orang-orang yang bermaksud jahat saja sedemikian serius melakukannya, maka seharusnya kita pun seserius itu melakukan kebaikan.

Ada sebuah ungkapan yang sangat terkenal, “Man jadda wajada”, siapa yang bersungguh-sungguh dia pasti bisa meraihnya. Demikian juga kita dalam menjemput rezeki kita. Semakin sungguh-sungguh kita menjemputnya, maka semakin dekat kita untuk bisa meraihnya.

Seekor burung saja yang terbang keluar dari sarangnya bisa kembali dalam keadaan perut yang kenyang. Maka, apalagi kita yang oleh Allah Swt. dilengkapi dengan akal pikiran.

Sesungguhnya rezeki adalah jaminan Allah. Artinya, rezeki untuk kita itu sudah ada dan tersebar di berbagai penjuru bumi. Tinggal kita mau bersungguh-sungguh menjemputnya. Ada perbedaan yang sangat jelas antara “mencari” dengan “menjemput”. Jika “mencari”, maka apa yang kita cari itu masih kemungkinan ada dan tidak. Sedangkan “menjemput” itu artinya sudah jelas ada, tinggal kita mendatanginya dan meraihnya.

Oleh sebab itu, dalam urusan rezeki kita tidak bisa berpangku tangan pasrah begitu saja menantikan rezeki datang dengan sendirinya. Tidak bisa juga kita menyerah pada harta haram dan syubhat karena mengira sulit menjemput yang halal.

Mari singsingkan lengan baju. Bekerja dengan serius, penuh kejujuran dan tanggungjawab. Inilah yang diajarkan oleh para nabi dan rasul Allah Swt. Nabi Muhammad Saw. sudah bekerja sejak belia sebagai penggembala lalu berniaga. Nabi Daud as. adalah seorang pandai besi. Nabi Yusuf as. adalah bendahara negara. Nabi Zakaria as. adalah seorang tukang kayu. Nabi Adam as. adalah seorang petani.

Saudaraku, bekerja adalah sebentuk ibadah kepada Allah Swt. jikalau dilakukan dengan kesungguhan dan kejujuran. Bahkan Rasulullah Saw. menerangkan bahwa bekerja itu derajatnya sejajar dengan jihad.

Dalam satu riwayat disebutkan bahwa beberapa sahabat Rasulullah Saw. melihat seorang pemuda yang giat bekerja. Kemudian mereka berkata, “Andai saja ini (giat bekerja) dilakukan untuk jihad di jalan Allah.” Lalu, Rasulullah Saw. segera berkata kepada para sahabatnya, “Janganlah kamu sekalian berkata begitu. Jika ia bekerja untuk menafkahi anak-anaknya yang masih kecil, maka ia berada di jalan Allah.

Jika ia bekerja untuk menafkahi kedua orangtuanya yang sudah tua, maka ia di jalan Allah. Dan, jika ia bekerja untuk memenuhi kebutuhan dirinya, maka ia pun di jalan Allah. Namun, jika ia bekerja dalam rangka riya atau berbangga diri, maka ia di jalan syaitan.” (HR. Thabrani)

Semoga kita senantiasa ada dalam bimbingan Allah Swt. Sehingga setiap keringat dan rasa lelah kita akibat berikhtiar menjadi bernilai ibadah di hadapan-Nya. Aamiin yaa Allah yaa Rabbal ‘aalamiin.[]


Ditulis oleh: KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )
Beliau adalah pengasuh pondok pesantren Daarut Tauhiid Bandung – Jakarta.
sumber: smstauhiid.com

Posting Komentar

favourite category

...
test section describtion

Whatsapp Button works on Mobile Device only

close
pop up banner