Tiga Ulama Kalsel Dalam Satu Garis Keturunan | Berita Banjarmasin | Situs Berita Data & Referensi Warga Banjarmasin

Sabtu, 14 November 2015

Tiga Ulama Kalsel Dalam Satu Garis Keturunan

Pepatah bijak bilang bahwa buah akan jatuh tidak jauh dari pohonnya atau bisa juga ada yang bilang bahwa air cucuran atap gugurnya ke pelimpahan juga.  Artinya secara umum dapat kita artikan bahwa apa yang dialami anak atau keturunan seseorang tidak jauh dari yang pernah dilakukan keluarganya tempo dulu, atau kata ekstrimnya, sifat ortu akan nurun ke anak-anaknya.

Di daerah Kalimantan Selatan secara umum peran Ulama sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari, bahkan kadang digunakan oleh politikus untuk merebut simpatik masyarakat.  Nah, siapa sajakah Ulama Besar Urang Banua tersebut yang masih dalam 1 (satu) garis keturunan?

Muhammad Arsyad al-Banjari

Ulama Besar ini juga dikenal dengan sebutan "Datuk Kalampayan". Berdasarkan data dari http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Arsyad_al-Banjari, beliau lahir di desa  Lok Gabang, Martapura, pada tanggal  4 Mei 1710 (umur 303) dan meninggal 13 Oktober 1812.

Hasil karya beliau yang termasyur dan diabadikan di Kalsel yaitu menjadi nama sebuah masjid raya dengan sebutan Masjid Raya Sabilal Muhtadin.  Nama ini diambil dari karangan kitab beliau, seperti yang dikutip dari wikipedia.

Kitab karya Syekh Muhammad Arsyad yang paling terkenal ialah Kitab Sabilal Muhtadin, atau selengkapnya adalah Kitab Sabilal Muhtadin lit-tafaqquh fi amriddin, yang artinya dalam terjemahan bebas adalah "Jalan bagi orang-orang yang mendapat petunjuk untuk mendalami urusan-urusan agama". Syekh Muhammad Arsyad telah menulis untuk keperluan pengajaran serta pendidikan, beberapa kitab serta risalah lainnya.

Siapakah yang menjadi Ulama besar setelah beliau? dan masih dalam garis risalah keturunannya?
----------------

Muhammad Zaini Abdul Ghani

Ulama kharismatik ini merupakan keturunan ke-8 dari "Datuk Kalampayan". Ulama Besar ini sering dipanggil dengan "Guru Izai" atau "Guru Sakumpul".  Beliau lahir di Tunggul Irang, Martapura, 11 Februari 1942 – meninggal di Martapura, 10 Agustus 2005 pada umur 63 tahun, adalah Ulama Banjar yang sangat kharismatik dan populer di Kalimantan.

Guru Sekumpul juga sempat memberikan beberapa (10) pesan kepada seluruh masyarakat Islam, yakni:
Menghormati ulama dan orang tua
Baik sangka terhadap muslimin
Murah harta
Manis muka
Jangan menyakiti orang lain
Mengampunkan kesalahan orang lain
Jangan bermusuh-musuhan
Jangan tamak atau serakah
Berpegang kepada Allah, pada kabul segala hajat
Yakin keselamatan itu pada kebenaran.
Baca secara lengkap di http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Zaini_Abdul_Ghani
Siapakah ulama yang juga segaris keturunan lainnya?

Muhammad Arifin Ilham

Ulama muda ini lebih sering dipanggil dengan nama Arifin pada saat kecil di Banjarmasin.
Sebelum hijrah ke Jakarta beliau bersekolah layaknya remaja umumnya di Banjarmasin. Data dari wikipedia mengatakan bahwa...

K.H. Muhammad Arifin Ilham lahir di Banjarmasin, 8 Juni 1969; adalah seorang pendakwah atau da'i. Beliau mendirikan majelis taklim bernama "Adz-Dzikra" pada tahun 2000.
Arifin Ilham adalah anak kedua dari lima bersaudara, dan dia satu-satunya anak lelaki. Ayah Arifin masih keturunan ketujuh Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, ulama besar di Kalimantan, sementara ibunya, Hj. Nurhayati, kelahiran Haruyan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah.  Beliau adalah keturunan ke-8 dari Datuk Kalampayan.

source : asikbelajar.com

Posting Komentar

favourite category

...
test section describtion

Whatsapp Button works on Mobile Device only

close
pop up banner