Cantiknya Wisata Teluk Tamiang di Kotabaru, Kalsel | Berita Banjarmasin | Situs Berita Data & Referensi Warga Banjarmasin

Minggu, 29 November 2015

Cantiknya Wisata Teluk Tamiang di Kotabaru, Kalsel

Menarik sekali berlibur menikmati keindahan alam di Kalimantan Selatan, salah satunya di Kabupaten Kotabaru berikut ini. Berikut tulisan dari sobat kita Adi Murdani yang kami kutip dan menarik untuk dibaca.
 
Sungai adalah magnet utama wisatawan yang ingin mengunjungi Kalimantan Selatan. Lantas bagaimana dengan saya yang menyukai aktivitas laut? Jika selama ini Provinsi bagian selatan Pulau Kalimantan ini terkenal dengan sungai besar dan kanal-kanalnya yang membelah kota, maka kali ini saya akan berbelok arah menuju bagian tenggara untuk menyeberang ke Kabupaten Kotabaru. 
 
Jika dibandingkan dengan kabupaten lainnya, maka letak Kotabaru memang terpisah dari daratan utama Pulau Kalimantan. Dengan luas 9.442,46 kilometer persegi atau seperempat luas wilayah provinsi Kalimantan Selatan, Kotabaru terbagi menjadi 20 kecamatan dan 192 kelurahan/desa. Letak geografisnya terdiri dari 1 pulau besar dan 110 pulau kecil dengan panjang garis pantai mencapai 825 kilometer. Dikelilingi laut dan banyak pulau-pulau kecil, kabupaten ini menyimpani potensi pariwisata bahari yang besar yang jarang tersentuh wisatawan.
 
Teluk Tamiang adalah salah satunya. Berjarak kurang lebih 145 kilometer dari pusat Kotabaru, desa nelayan ini berada di perairan laut Kalimantan Selatan yang menghadap ke Laut Jawa. Dari informasi yang saya dapatkan katanya daerah ini memiliki terumbu karang yang indah. Penasaran, saya pun membuktikannya.
 
Angkutan pedesan tujuan Lontar yang saya tumpangi perlahan-lahan meninggalkan Pelabuhan Tanjung Serdang Kotabaru. Idealnya angkutan jenis ini mengangkut 16 orang penumpang saja, dengan formasi 2 orang penumpang di depan dan 14 orang penumpang di bagian belakang dengan susunan kursi sejajar masing-masing 7 orang berhadapan. Tetapi kenyataannya angkutan yang saya tumpangi ini berisi 25 orang penumpang. Ada yang lapakan duduk di tengah bersama barang-barang, sebagian lagi di atas mobil. Jumlah angkutan yang terbatas memaksa penumpang untuk berdesak-desakan. Jika tidak kebagian tempat, maka sehari lagi mereka harus bermalam di Kotabaru untuk menanti angkutan esok harinya.
 
30 menit pertama perjalanan terbilang mulus, dimenit berikutnya saya mulai merasakan goncangan yang cukup membuat tidak nyaman. Semakin lama kondisi jalan semakin rusak. Jalan berupa tanah dengan lubang dimana-mana. Jika cuaca sedang hujan akan dipenuhi genangan air. Pernah penumpang terlantar berjam-jam lamanya, gara mobil terperosok kubangan lumpur, kata ibu yang duduk di samping saya. 
 
Idealnya perjalanan Kotabaru-Lontar bisa di tempuh dengan waktu 2,5 jam saja. Tetapi dengan kondisi jalan seperti ini, waktunya bisa mencapai 4 jam perjalanan. Itu pun kalau kondisi mobil prima, tapi kalau terperosok ke kubangan lumpur bisa lebih lama lagi. Rupanya inilah salah satu penyebab sedikitnya angkutan yang beroperasi ke wilayah bagian barat Kotabaru ini.
Matahari mulai tenggelam ketika saya tiba di Lontar yang merupakan pusat pemerintahan Kecamatan Pulau Laut Barat. Dari sini perjalanan menuju Teluk Tamiang masih sekitar 10 kilometer lagi. Ojek adalah tansportasi terakhir yang bisa digunakan menuju Teluk Tamiang. Biayanya Rp.30.000,-. Tidak ada penginapan yang berdiri di sana. Oleh ojek yang saya tumpangi, saya diantarkan menuju rumah Kepala Desa. Di sinilah saya akan menginap selama 2 hari ke depan.
Esok paginya, saya berkeliling kampung. Menurut Kepala Desa di sini ada sekitar 400 kepala keluarga dengan populasi sekitar 1.600 jiwa. Mayoritas penduduknya adalah suku Bugis dengan sejumlah kecil suku asli dan sebagian lagi suku Mandar. Dibeberapa kawasan nampak terlihat budidaya rumput laut. Tumbuhan berkhasiat ini pernah berjaya melambungkan nama Teluk Tamiang sebagai penghasil komoditas rumput laut terbesar di Kalimantan Selatan. Tak jauh dari jalan utama kampung, berdiri Kantor Konservasi Terumbu Karang. 


Teluk Tamiang memang merupakan salah satu kawasan yang masuk dalam Daerah Perlindungan Laut (DPL) Kabupaten Kotabaru. Dengan status ini Pemerintah mengatur cara penangkapan ikan, nelayan dilarang menggunakan bahan peledak dan juga racun untuk melindungi terumbu karang.
 
Di sekitar Teluk Tamiang terdapat dua buah pulau yang saling berdekatan yaitu Tanjung Tengah dan Tanjung Kunyit. Kedua buah pulau ini juga dikelilingi oleh terumbu karang. Saya memutuskan menyewa perahu nelayan untuk meng-eksplorasi keindahan bawah lautnya. Tidak ada tempat penyewaan alat snorkeling atau pun dive centre di sini. Karena memang daerah ini sepertinya belum secara serius dikelola untuk tujuan wisata. 
 
Untungnya saya sudah menyiapkan peralatan snorkeling yang dibawa dari Banjarmasin. Hari ini saya snorkeling di tiga tempat yaitu Teluk Tamiang, Tanjung Tengah, dan Tanjung Kunyit. Terumbu karangnya cukup berwarna dan beragam, meskipun dibeberapa tempat ada yang rusak akibat aktivitas nelayan waktu dulu. Tetapi tetap tidak mengurangi keindahannya. 
 
Di Tanjung Kunyit saya sempat mampir dan melihat-lihat kondisi kampung di sana. Kampungnya lumayan rapi dengan jalan setapak dan banyak pohon kelapa. Sangat disayangkan masih ada warga yang membangun rumah berdekatan dengan pantai. Pantainya memang tidak terlalu luas, tetapi pasirnya putih bersih. Jika air laut sedang surut pasirnya akan bertambah banyak karena munculnya gusung. Wisatawan? Tak ada sama sekali. Di atas bukit terdapat sebuah mercusuar yang dibangun pada masa penjajahan zaman Belanda. Dari puncaknya kita dapat melihat pulau-pulau kecil yang berada dalam wilayah perairan Kotabaru. Dua buah pulau yang saling berdekatan ini, jika dilihat dari ketinggian seolah menyatu dengan daratan sekitar. Indah sekali. 
 
source: aditraveller.blogspot.co.id 

favourite category

...
test section describtion

Whatsapp Button works on Mobile Device only

close
pop up banner