Jakarta - Sekelompok elite Golkar mendorong digelar Munaslub akhir 2015 ini. Akankah Golkar pecah jadi tiga? Di Kalsel saja Golkar juga sudah terpecah menjadi dua kubu.
Golkar
resmi terpecah belah setelah Agung Laksono dan sejumlah elite Golkar
lain seperti Priyo Budi Santoso, Yorrys Raweyai, Agus Gumiwang
Kartasasmita, Zainuddin Amali dkk menggelar Munas Golkar tandingan di
Ancol, pasca kemenangan Aburizal Bakrie di Munas Bali.
Setelah
terpilih jadi Ketum Golkar hasil Munas Ancol itu, Agung Laksono langsung
menyatakan dukungan ke pemerintahan Jokowi-JK. Tak lama kemudian mereka
mengantongi SK Menkum HAM, belakangan Agung juga mengantongi keputusan
PT TUN yang membatalkan gugatan Golkar kubu Aburizal Bakrie (Ical).
Namun
demikian kubu Aburizal Bakrie tak tinggal diam. Ical terus menempuh
jalur hukum baik melalui jalur peradilan umum maupun administrasi.
Sampai kini proses dua kubu yang saling menggugat belum juga kelar.
Perpecahan
Partai Golkar semakin menjadi-jadi, bahkan sudah sampai daerah karena
kedua kubu sudah menggelar musda untuk melantik jajaran pengurus Golkar
di daerah. Situasi semakin sulit saat Golkar menghadapi ancaman terbesar
yakni berpotensi gigit jari tak ikut pilkada serentak.
Berbagai
upaya islah sudah dilakukan dua kubu, termasuk Ketua Wantim Golkar hasil
Munas Bali Akbar Tandjung pun ikut memediasi islah, namun kandas.
Sampai kemudian Wakil Presiden Jusuf Kalla turun tangan.
Meski
sempat terjadi perdebatan soal Golkar mana yang berhak meneken surat
rekomendasi caleg, namun akhirnya keduanya sepakat meneken usulan
bersama-sama. Singkat cerita kedua kubu akhirnya sepakat membentuk tim
penjaringan Pilkada dan Golkar selamat bisa mengikuti Pilkada serentak.
Upaya
islah parsial untuk mengikuti pilkada yang digalakkan JK jadi angin
segar bagi sejumlah elite Golkar yang jengah dengan situasi perpecahan
yang mengancam kehancuran partai beringin. Mereka pun mulai mendorong
agar ada islah permanen dan tak ada lagi Golkar Ical dan Agung Laksono.
Sejumlah elite Golkar di kedua kubu kini mulai mempersiapkan munaslub
untuk melahirkan Golkar baru.
"Pak JK sudah buat terobosan
(memediasi Golkar untuk pilkada), Golkar akan kembali. Kita akan
melahirkan Golkar dengan Golkar baru dan ikon baru sebelum 9 Desember
(pilkada -red), kalau Golkar mau besar ke depan," kata Waketum Golkar
hasil Munas Ancol, Yorrys Raweyai, kepada detikcom, Selasa (15/9/2015).
Sejumlah
elite Golkar seperti Wakil Ketua MPR Mahyudin pun mendukung langkah
ini. Sama seperti Yorrys, dia juga meminta Ical dan Agung Laksono
legowo.
"Saya kira kader Golkar banyak. Ada tokoh muda seperti
Pak Novanto, Pak Priyo, Pak Aziz, Ade Komarudin, termasuk saya sendiri.
Golkar butuh penyegaran untuk generasi berikutnya. Pak Agung dan Pak
Ical harus legowo, tunjukkan sikap negarawan," ujarnya.
Namun
persoalannya apakah Ical dan Agung bakal begitu saja legowo? Kalau Ical
dan Agung tak mau legowo kemudian para kader muda Golkar tetap menggelar
munaslub, apakah tak akan menimbulkan persoalan baru melahirkan pecahan
Golkar yang ketiga? Lalu bagaimana dengan di Kalsel? (detik/BBCom)
Posting Komentar