Tahun 2030 Batubara Habis di Kalsel? | Berita Banjarmasin | Situs Berita Data & Referensi Warga Banjarmasin

Rabu, 11 Maret 2015

Tahun 2030 Batubara Habis di Kalsel?

BANUAONLINE.COM – Cadangan batubara di Kalimantan Selatan diperkirakan akan habis 15 tahun lagi, atau tepatnya pada tahun 2030 nanti. Berdasarkan data dan analisa dari Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalimantan Selatan, pada tahun itu, kemerosotan ekonomi drastis bakal menghantui daerah yang selama ini menjadi penghasil tambang batubara.
GREENPEACE- Pencemaran Lingkungan akibat batubara di Kalsel parah.
Jika eksploitasi perusahaan tambang masih saja membabi-buta di Kalimantan Selatan seperti sekarang ini, maka bukan tidak mungkin, cadangan batubara akan lebih cepat habis. Maka “kiamat kecil” bagi masyarakat sekitar daerah tambang bakal terjadi.
Direktur Eksekutif Walhi Kalimantan Selatan, Dwitho Frasetiandy mengatakan, berdasarkan analisa dan perhitungan mereka, cadangan batubara di Kalimantan Selatan diperkirakan hanya cukup hingga 15 tahun lagi. Sesudah itu, kerusakan alam, dan kemerosotan ekonomi masyarakat di daerah penghasil tambang akan terjadi. “Diperkirakan tinggal 15 tahun lagi batubara akan habis di Kalimantan Selatan,” katanya kepada BANUAONLINE.COM (3/2015).
Menurutnya, yang paling merasakan dampak negatif dari habisnya cadangan batubara adalah masyarakat di daerah penghasil tambang. Karena setelah alam mereka rusak, lahan pertanian semakin sempit, maka roda perekonomian akan mandek saat perusahaan tambang tutup. “Kemerosotan ekonomi bakal terjadi, mungkin saat ini tidak terasa, namun nanti kalau cadangan batubara habis, maka akan sangat memprihatinkan jika tak diantisipasi dari sekarang,” ujarnya mewanti-wanti.
Kalimantan Selatan sendiri, berdasarkan catatan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) 2014, memiliki cadangan batubara mencapai 10.659 miliar ton. Dengan jumlah sebanyak ini, Kalimantan Selatan merupakan daerah dengan cadangan batubara terbesar di Kalimantan dan di Indonesia setelah Kalimantan Timur.
Sayangnya penambangan batubara di Kalimantan Selatan hanya menghasilkan bahan mentah yang nilainya rendah, dan kemudian diekspor ke negara tetangga di Asia dan Eropa untuk diolah.  
Biasanya penambangan batubara di banua dilaksanakan dengan cara penambangan terbuka, membuka lahan (land clearing), mengupas tanah pucuk (stripping top soil), serta mengupas dan menimbun tanah penutup. Dampaknya, menyebabkan kerusakan kondisi fisik, kimia, dan biologis tanah tambang.
Sebelumnya, salah satu aktivis lingkungan nasional, Berry Nahdian Forqan turut prihatin dengan nasib masa depan Kalimantan Selatan. Ia berharap Kalimantan Selatan bisa mempelopori dan memimpin keberhasilan sektor pertanian yang bertumpu pada kekuatan dan potensi lokal, dengan memberdayakan secara riil para petani. sehingga mampu memicu swasembada pangan nasional dan melepaskan ketergantungan dari tambang. “Pemerintah daerah harus berpikir membuat Kalimantan Selatan tak lagi sebagai lumbung batubara dengan segala kerusakan yang ditinggalkannya. Namun menjadikannya sebagai lumbung pertanian nasional,” ucapnya. stp

Posting Komentar

favourite category

...
test section describtion

Whatsapp Button works on Mobile Device only

close
pop up banner