Fly Over Banjarmasin Bernama..... | Berita Banjarmasin | Situs Berita Data & Referensi Warga Banjarmasin

Sabtu, 07 Maret 2015

Fly Over Banjarmasin Bernama.....

Penamaan suatu bangunan maupun infrastruktur di sebuah daerah mencerminkan identitas budaya sekaligus eksistensi. Saya hanya sedikit mengulas soal penamaan Fly Over pertama di Kalsel, yang "ditasmiyahi" menggunakan nama "Gatot Soebroto" Banjarmasin. Apakah tak ada nama lain yang lebih mem- Banjar?

Sepintas, saat melewati lokasi pembangunan Fly Over, di sekat pembatas ditulis dengan jelas lengkap beserta gambar design Fly Over, bahwa nama Fly Over adalah Fly Over Gatot Soebroto. Pun sebenarnya, Fly Over ini belum diresmikan.

Sebagai pembuka, mungkin pernyataan singkat William Shakespeare, “What’s in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet.” (Apalah arti sebuah nama? Andaikata kamu memberikan nama lain untuk bunga mawar, ia tetap akan berbau wangi), bisa diperhatikan. Benarkah nama tidak penting?

Shakespeare memang tidak sedang mempersoalkan arti sebuah nama. Ia sedang mengajak pembacanya merenungkan esensi, keaslian, atau hakikat sebuah materi, apapun namanya. Akan tetapi, yang juga perlu ditekankan, ternyata nama secara langsung mengaitkan pemiliknya dengan budaya tempat dia lahir," tulis Marcel Danesi, dalam Pesan, Tanda dan Makna (2012).

Sebagai sebuah bagunan fenomenal sekaligus yang pertama lahir di bumi Lambung Mangkurat, Fly Over (Jalan Layang) sebenarnya bisa dijadikan sebuah cerminan identitas budaya dari daerah kita sendiri. Begitulah barangkali, kenapa bupati Kabupaten Banjar, baru-baru tadi mengubah nama stadion markas Barito Putra yang semula bernama stadion Indrasari, menjadi stadion Demang Lehman. Karena sebagai ikon daerah, bangunan itu adalah sebuah identitas.
Bayangkan saja seandainya, jembatan Barito kemudian berubah nama menjadi jembatan Putra Jaya misalnya. Jelas akan kurang terasa "rasa" identitas daerahnya.

Ada beberapa hal yang harusnya bisa menjadi perhatian. PERTAMA, harus menjadi pertanyaan, apa alasan memilih nama Gatot Soebroto sebagai nama Fly Over tersebut. Karena, meski seorang pahlawan nasional, pemilihan nama ini sebenarnya bisa dipertimbangkan kembali.

Memang, Fly Over dibangun disekitar Jalan Gatot Soebroto Banjarmasin, namun bukan berarti harus dinamakan Fly Over Gatot Soebroto bukan? Seperti halnya Rumah Sakit Umum Daerah Ulin. Meski berada di jalan Akhmad Yani, tak serta merta diberi nama RSUD A Yani, namun terlahir dengan nama RSUD Ulin, sebagai identitas daerah kita. Ulin adalah kayu "besi" khas yang sering digunakan dalam bangunan di Kalsel.

KEDUA, Pemilihan nama Fly Over hendaknya dimusyawarahkan terlebih dahulu, dan dipikikan dengan bijak. Kalau perlu ajak masyarakat Kalsel untuk berpartisipasi mengusulkan nama Fly Over yang menggambarkan identitas Kalsel. Bisa melalui sayembara misalnya.

KETIGA, Nama adalah identitas. Sungguh sangat sayang, jika bangunan dengan biaya yang sangat mahal ini, tak digunakan sebagai salah satu sarana penguatan identintas budaya Kalsel. Minimal melalui nama itu tadi. Dalam tradisi Barat, biasanya mengadopsi nama-nama Ibrani yang diambil dari Bibel dan menjadi identitas penting dalam tradisi mereka. Sebut saja, John (berkah yang pengasih dari Tuhan), Mary (diharapkan), Michael (seperti tuhan), David (dikasihi), Elizabeth (sumpah Tuhan), James (semoga Tuhan melindungi, atau ia yang menggantikan orang lain), Hannah (Tuhan telah memilihku), Joseph (Tuhan akan menambahkan), dan Samuel (Tuhan telah mendengar), betapa nama mencerminkan identitas budaya mereka (Taufik Al Mubarak : 2012).

ILUSTRASI - Miniatur Fly Over Jakabarin Palembang
KE EMPAT, nama-nama tokoh pahlawan dan budayawan Banjar cukup banyak. Sehingga, tak menjadi soal sebenarnya, jika ingin menggunakan nama-nama yang berkaitan dengan identitas "Banjar" dan Kalimantan Selatan. Sebut saja, nama Pangeran Antasari, yang bahkan juga digunakan sebagai gambar dalam uang Rupiah di negeri ini. Atau nama pangeran Suriansyah, dan Putri Junjung Buih, juga kental dengan identitas budaya dan sejarah suku Banjar. Atau nama Hamuk Hantarukung, sebagai sebuah nama peristiwa di abad ke-19, perlawanan masyarakat Banjar melalawan penjajah Belanda di kampung Hantarukung, kabupaten HSS. Dan masih banyak lagi yang bisa dimusyawarahkan sebagai nama Fly Over pertama di Kalimantan Selatan ini.

Harapan kita sederhana. Identitas budaya di Kalsel harus dilestarikan, di tengah "melunturnya" kecintaan para pemuda banua yang dihadapkan dengan budaya modern. Salah satunya dengan mengabadikannya dalam nama bangunan di daerah ini. Agar anak cucu kita kelak, tak berkata siapa pangeran Suriansyah itu? Siapa Demang Lehman itu? Sekali lagi itu hanyalah pendapat saya. Silakan ditafsirkan sendiri. (*)

(Syam Indra Pratama, PEMRED BANUAONLINE.COM)

Posting Komentar

favourite category

...
test section describtion

Whatsapp Button works on Mobile Device only

close
pop up banner