Menilik Kegiatan "Pasukan Receh" Banjarmasin | Berita Banjarmasin | Situs Berita Data & Referensi Warga Banjarmasin

Selasa, 30 September 2014

Menilik Kegiatan "Pasukan Receh" Banjarmasin


Komunitas "pasukan receh" ini bernama Komunitas Coin a Chance (CAC) Kalimantan Selatan. Mereka adalah orang-orang yang mengumpulkan uang koin dari masyarakat untuk membantu anak-anak dari latar belakang keluarga kurang mampu yang putus sekolah. Dengan sabar dan telaten mereka mengumpulkan bantuan dari masyarakat hingga akhirnya bisa membuat anak-anak yang putus sekolah kembali menyambung pendidikan. Mulai dari jenjang sekolah dasar, hingga sekolah menengah akhir.

Salah satu relawan di Komunitas Coin a Chance Kalimantan Selatan, Nazat Fitriah menceritakan awal mula terbentuknya komunitas sosial tersebut. Awalnya boleh dibilang berawal dari jejaring sosial Facebook. "Jadi dulu ada teman SMP aku di SMP 6 Banjarmasin, namanya Riani Dwi Anggraini. Dia nulis status tentang kegiatan Coin a Chance! di Jakarta dan mau bikin kegiatan seperti itu juga di Banjarmasin," kata Nazat Fitriah.
Lalu, kata dia di dalam status Facebook temannya itu ada beberapa orang yang komentar. Sampai akhirnya mereka mengadakap pertemuan di Food Court Duta Mall, 28 Mei 2011 silam. "Ada lima orang yang datang. Teman waktu SMP, dan SMA. Cewek semua. Lalu terbentuklah Koin untuk Banua. Itu nama awalnya supaya lebih gampang dikenal dan gampang diingat," tutur gadis berkacamata ini.
Dari pertemuan itu, akhirnya disepakati sebuah kegiatan rutin. Setiap bulan diadakan kegiatan Coin Collecting Day atau Hari Pengumpulan Koin, disitu siapa saja boleh datang untuk menyumbang koin dan menghitung bersama. "Selain dari sumbangan pribadi orang-orang, kami juga menitip beberapa toples di tempat-tempat usaha punya teman yang berminat. Istilahnya jadi dropzone, misalnya di kantor, toko, klinik, dan lain-lain," katanya.
Pada kegiatan pertama, Juni 2011, komunitas ini mampu mengumpulkan bantuan Rp 1,6 Juta dari sumbangan masyarakat. Mereka melakukan pengumpulan koin di area Car Free Day (CFD) seputaran Masjid Sabilal Muhtadin Banjarmasin. Respon masyarakat cukup bagus. Namun mereka menemui kendala, karena saat ingin menyetor uang receh ke salah satu Bank, sempat ditolak.
Kenapa? Karena petugas Bank kebingungan dan kewalahan menghitung uang receh yang sangat banyak. "Tak menyerah, lalu kami ke salah satu Bank milik negara untuk menukar uang receh dengan uang kertas. Namun ditolak juga. Alasannya karena uang receh itu malah banyak dicari masyarakat. "Tapi akhirnya dari Bank ini melakukan koordinasi dengan Bank swasta, dan besoknya Bank swasta tersebut mauk menerima dengan syarat uang recehnya disusun dan diplester supaya mudah dihitung," ujar salah satu Jurnalis perempuan di Kalsel ini.
Nah untuk penyaluran bantuan, paling utama untuk beasiswa. Komunitas ini mengangkat adik-adik asuh kurang mampu yang dibiayai sampai lulus SMA. Anak-anak kurang mampu ini bukan hanya sekedar ditanggung biaya sekolah, buku dan seragam saja. Tapi juga alat transportasi seperti sepeda dan uang saku. "Ada beasiswa yang sifatnya penuh, ada juga yang tidak. Tergantung kondisi ekonomi keluarganya. Karena biar bagaimanapun orangtua tetap harus bertanggungjawab terhadap pendidikan anaknya," paparnya.
Adik asuh dari komunitas ini yang sudah lulus SMA ada tujuh orang, sebagian bahkan bisa melanjutkan ke perguruan tinggi. Sampai saat ini ada lima orang anak yang dibiayai, dan semua sudah sampai jenjang SMA. Kriteria untuk jada adik asuh, lanjutnya adalah dari keluarga kurang mampu. Tidak mesti pintar, asalkan punya semangat tinggi untuk sekolah. Selain beasiswa, kadang-kadang ada penyaluran yang sifatnya mendadak, sesuai kondisi. Seperti membantu peralatan sekolah untuk anak-anak korban kebakaran, membantu sedikit fasilitas sekolah yang tidak layak.
Ia juga menceritakan, mereka kadang tidak hanya menerima uang receh, tapi ada juga uang ratusan ribu yang masuk. Koin, kata dia, cuma simbol, bahwa kita bisa membuat perubahan besar mulai dari langkah kecil dan kita tak perlu menunggu jadi orang kaya dulu untuk bisa membantu orang lain
Menjadi relawan tentunya tak hanya pengalaman menyenangkan yang dirasakan. Ada pula pengalaman yang kurang mengenakkan. Seperti beberapa kali ke sekolah untuk mencari anak yang dijadikan adik asuh, malah dicurigai mau minta-minta sumbangan. Pengalaman lain yang tidak enak itu saat mengangkat adik asuh putus sekolah. Lalu dibantu maksimal, di tengah jalan malah kembali putus sekolah. "Ternyata tidak mudah mengembalikan anak putus sekolah dan sudah kenal uang. Belum tentu niat baik, ditanggapi baik juga," kenangnya.
Hingga 2014 ini, total dana yang terkumpul sudah mencapai Rp 50 Juta lebih. Bayangkan, dari ide awal mengumpulkan koin, sampai bisa mendapatkan dana sebanyak itu merupakan sesuatu yang luar biasa. Komunitas Coin a Chance ini patut kita tiru semangat kemanusiaanya. Karena sebagai makhluk sosial, tentu tak bisa lepas dari bantuan manusia lainnya. Tuhan dalam firmannya di kita suci bahkan memberitahukan, bahwa barangsiapa melakukan kebaikan, maka akan dibalas kebaikan pula. Mari saling membantu.(stp/mb)

favourite category

...
test section describtion

Whatsapp Button works on Mobile Device only

close
pop up banner